Apakah bisa KOMiK memproduksi film sendiri?! Pertanyaan itu pernah menghinggapi benak ini. Entah sejak kapan aku jadi bermimpi suatu ketika KOMiK bisa bikin film sendiri. Tapi ternyata satu-persatu mimpi itu terealisasi.Â
Selama sembilan tahun, KOMiK tumbuh secara dinamis. Dari yang sekadar komunitas yang anggotanya hobi nonton dan membuat ulasan film, kemudian kegiatannya makin melebar dan bervariasi meski masih disatukan dengan kecintaan terhadap film.Â
Ketika masih menjadi anggota alias Komiker, aku sudah menikmati aktivitas kumpul-kumpul, bertemu aktor aktris Thailand, dan nonton bareng. Tapi, berbeda ketika kemudian aku dipercaya sebagai admin. Aku kemudian melihat bahwa banyak hal yang potensial dari sebuah komunitas film.Â
Industri film di Indonesia sendiri tergolong besar untuk kawasan Asia Tenggara. Mungkin bisa disejajarkan dengan industri film Thailand. Namun, untuk kawasan Asia, menurutku pamor film Indonesia masih relatif kalah dengan film dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Iran.Â
Melihat hal tersebut, kemudian lahirlah visi KOMiK, selain sebagai wadah nonton bareng dan menulis ulasan film, KOMiK juga berkeinginan untuk berkontribusi mempromosikan dan membantu mengangkat industri perfilman nasional. Â Tak muluk-muluk, kami mulai dari hal kecil dulu yakni membuat ulasan film.Â
Ulasan film itu penting bagi ekosistem perfilman, namun bukan berarti ulasan film isinya hanya menyanjung-nyanjung sebuah film, melainkan akan lebih baik jika isinya opini penonton apa adanya. Dengan demikian apabila filmnya dianggap kurang bagus oleh penonton, maka pembuat film bisa meningkatkan kualitas filmnya.Â
Dari membuat ulasan film, kemudian terbit keinginan untuk membuat buku berkaitan dengan perfilman, khususnya film Indonesia. Sudah ada empat buku perfilman, dari Sinema Indonesia Apa Kabar, Kumpulan Naskah Film Pendek, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, serta Perempuan dan Sinema. Lalu juga ada majalah perfilman bernama KO-Magz yang hadir sebanyak 36 edisi selama tiga tahun, yakni sejak 2020 hingga 2023. Keberadaan kedua jenis pustaka ini untuk mengisi belum banyaknya buku-buku berkaitan dengan perfilman, khusunya film nasional.Â
Kemudian entah bagaimana KOMiK mulai bereksperimen untuk membuat film pertama. Film Jagaditta adalah proyek film eksperimental pertama tentang lingkungan.Â
Film ini unik karena dibuat pada masa pandemi. Koordinasinya dilakukan secara jarak jauh karena aktor dan sutradara ada di Situbondo, sedangkan kami di Jakarta. Film ini juga melibatkan seniman asal Situbondo untuk mengisi skoring dan tembang soundtrack-nya. Memang film pertama ini masih terbilang amatiran dan jauh dari sempurna, namun inilah pijakan kami kemudian untuk melangkah ke proyek-proyek film berikutnya.Â
Aku tak tahu sampai kapan bisa menjadi admin KOMiK. Aku juga tak tahu bakal seperti apa KOMiK lima tahun berikutnya. Namun yang penting, aku menikmati setiap langkah dan momen bersama komunitas ini. Setiap event KOMiK termasuk pemilihan hadiah dan pengirimannya kami lakukan dengan sepenuh hati karena Komiker adalah orang-orang yang paling berjasa dalam menghidupkan komunitas dan memberikan inspirasi. Bersama KOMiK, aku dan tiga admin lainnya juga terus berkembang.Â
Selamat ulang tahun KOMiK. Teruslah eksis dan berkontribusi di kancah film dalam negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H