Dalam kuah krem kecokelatan ini terdapat aneka isian dari daging sapi, aneka jerohan, kikil, potongan tomat merah, ditambah emping dan irisan daun bawang. Kuahnya gurih dan creamy. Agak sedikit keasinan karena aku menyantapnya tanpa nasi. Isiannya empuk dan bumbunya meresap. Keberadaan tomat membuat cita rasanya jadi segar dan tidak enek.
Kuputuskan soto Betawi ini mendapat label sedap. Patut kurekomendasikan ke pasangan jika ingin makan siang berdua.
Bagaimana dengan minuman asam Jawanya? Wah rasanya jauh di atas ekspektasiku. Mereka cerdik menaruh minuman ini ke dalam menu. Ini minuman yang pas diseruput setelah menyantap makanan daging-dagingan. Aroma dan cita rasanya yang asam, manis, segar menghilangkan rasa enek dan mengembalikan kesegaran. Enak. Asam manisnya pas. Gulanya juga nampaknya menggunakan gula Jawa. Aku jadi ingin nambah lagi.
Setelah bertanya-tanya tentang ini dan itu, aku jadi kagum restoran ini bertahan sejak tahun 1988. Itu berarti tempat makan ini telah berusia 35 tahun. Melihat kualitas rasa dan kerapian tempat makannya, maka wajar tempat ini bisa tetap eksis hingga sekarang. Cocok sih tempat ini jadi tempat makan bareng keluarga, atau tempat makan bareng teman-teman  kerja atau menjamu klien.
Â
Puas dan untunglah belum terlalu kenyang. Aku pun menuju tempat survei berikutnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H