Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Buku Banyuwangi Karya Asita DK, Panduan Jalan-jalan ke Sunrise of Java

25 Juni 2023   04:11 Diperbarui: 25 Juni 2023   04:18 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Asita memang sering bercerita tentang Banyuwangi. Kampung halamannya sendiri adalah Jember. Rupanya Banyuwangi adalah kampung halaman suami dan mertuanya.

Buku Banyuwangi "Sunrise of Java" sendiri terasa hangat dan personal. Di dalamnya pembaca bisa merasakan pengalaman dan kesan-kesan bu Asita selama liburan di Banyuwangi. Deskripsinya di beberapa tulisan mendetail, sehingga pembaca bisa merasai seolah-olah berada di sana.

Ada banyak kompasianer dan undangan lainnya yang hadir di launching buku (dokpri) 
Ada banyak kompasianer dan undangan lainnya yang hadir di launching buku (dokpri) 

Rupanya Banyuwangi punya banyak makna bagi bu Asita, terutama pada masa kecilnya. Ayah bu Asita pernah bertahun-tahun bekerja di perkebunan di Banyuwangi, sehingga ia sering mengunjungi daerah yang terkenal akan tarian Gandrung ini. Asita kecil juga pernah mencicipi bangku sekolah di Banyuwangi dan berjumpa dengan kawan-kawan yang sebagian berbahasa Madura. Ya selain bahasa Osing, bahasa Madura banyak digunakan warga Banyuwangi karena lokasinya juga masuk daerah tapal kuda.

Ada empat bagian dalam buku ini. Yang pertama tentang tujuan wisata Banyuwangi. Kedua tentang kuliner. Ketiga membahas tentang legenda Banyuwangi. Dan, yang terakhir adalah tipe dan cara ke daerah ini.

Ada banyak foto yang melengkapi penjelasan dalam buku ini. Bagian yang seru menurutku adalah tentang makanan karena ada banyak jenis makanan yang belum pernah kucobai dan membuatku tergoda untuk mencicipinya. Nasi tempong aku menyukainya, tapi aku belum berkesempatan mencicipi rujak soto. Sego cawuk dengan aneka lauk dari pepes ikan, telur cit, tahu bali, gecok teri, dan sambal serai plus kuah ikan pindang juga membuatku penasaran.  Apa pula rujak cemplung dan rujak iris ramonan itu. Tape buntut dan kopi osing juga nampak sedap dan menarik untuk dicoba.

Aku jadi ingat pernah makan yang sedap di kantin di Baluran (dokpri) 
Aku jadi ingat pernah makan yang sedap di kantin di Baluran (dokpri) 


Selain tentang makanan yang membuat penasaran, aneka tujuan wisata juga sebagian belum pernah kukunjungi, seperti Pulau Tabuhan dan Bangsring Underwater Ekowisata. Wah sepertinya perlu dua, tiga, atau berkali-kali kunjungan untuk bisa mengeksplorasi segala hal tentang Banyuwangi.

Oh iya buku ini menurutku  sedikit lompat-lompat dan ada yang berulang. Akan lebih mengalir dan lebih maksimal pengalaman membaca apabila urutannya diubah dari legenda Banyuwangi, baru ke tujuan wisata, kuliner, budaya oleh-oleh, penginapan, dan tips menuju ke sana.

Bu Asita bersama kompasianer (dokumen bu Asita) 
Bu Asita bersama kompasianer (dokumen bu Asita) 

Setelah membaca sepertiga buku, aku mulai mengantuk. Kutahan-tahan dulu sambil menunggu Subuh dan matahari terbit, agar aku bisa merasakan suasana matahari terbit seperti di Banyuwangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun