"Waduh kok ditulis sebagai pengamat film ya, sepertinya aku belum layak", ujarku ke salah satu rekan media ketika namaku muncul di artikel media tempat ia bekerja. Tidak apa-apa, sekalian belajar jadi pengamat, jawabnya.
Sebelumnya pada tanggal 10 bulan Maret lalu aku dapat undangan mewakili Montase Films di acara TVRI nasional. Aku diundang untuk bincang-bincang di acara live membahas tentang film Indonesia. Â Ini sebuah apresiasi namun juga sesuatu yang membuatku kalang kabut.Â
Aku terus bertanya-tanya, apakah aku sudah layak menjadi narasumber. Perutku mulas dan jadi makin gampang mual ketika mendekati hari H. Untunglah kemudian acara berjalan lancar, meski aku tak puas dengan jawabanku.
Dengan kesempatan yang pernah kudapatkan, mau tak mau aku mencoba memantaskan diri dengan atribut sebagai pengulas dan pengamat film. Aku bakal terus merasa belum layak menjadi pengamat film dan pengulas film jika tak segera upgrade diri dalam banyak hal tentang film.
Untuk menjadi pengulas film, tak cukup berbekal kemampuan menulis. Aku masih ingat dengan saran dari juri lomba ulas film yang diadakan TVRI tiga tahun lalu. Aku harus banyak tahu tentang teknis film, sehingga juga bisa mengkritisi dari segi tersebut. Saran ini juga beberapa kali disampaikan oleh Pak Himawan, mentor di Montase Films.
Nah, berikut tips untuk upgrade skill menjadi pengulas dan penulis di bidang film. Tips ini kusarikan dari berbagai sumber dan masih kujalankan hingga sekarang. Usai sahur, usai tarawih, atau sambil ngabuburit, kalian bisa nih jalani tips ini agar kemampuan sebagai pengulas film terus meningkat.
1. Banyak membaca dan menonton ulasan film
Kunci dari menulis adalah banyak membaca. Dengan membaca, kita bisa belajar banyak hal. Awal-awal mulai suka menulis film, aku suka membaca ulasan dan artikel film yang ada di media cetak, seperti di Jawa Pos, Tempo, Kompas, dan Jakarta Jakarta. Dulu juga suka mantengin acara Cinema-Cinema di RCTI yang dipandu oleh Ira Wibowo dan Mayong Suryoleksono.
Ketika jaman internet, aku suka membaca ulasan film dari Roger Ebert.  Ia kritikus film yang  tulisan-tulisannya masih sering kubaca hingga saat ini. Roger Ebert juga pernah meraih Pulitzer untuk kritik film.
Dalam negeri, aku suka membaca ulasan film yang dibagikan oleh website Film Indonesia, Montase Films, dan Cinema Poetica. Ada kalanya aku juga membaca ulasan di Greenscene Indonesia, Cinemags, Cineverse, dan lain-lain  termasuk artikel film di Kompasiana.