Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Cinta Unik antara Katia, Maurice, dan Gunung Berapi dalam Film Fire of Love

20 Februari 2023   15:12 Diperbarui: 20 Februari 2023   15:36 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katia dan Maurice sama-sama mencintai gunung berapi. Kisah keduanya direkam dalam Fire of Love (sumber gambar: Sandbox Films) 

"Aku, Katia, dan Gunung berapi itu adalah kisah cinta." - Maurice Krafft

"Satu hal yang pasti, kami tak bisa membayangkan hidup dengan cara lain." - Katia Krafft

Film dokumenter berjudul Fire of Love masuk sebagai salah satu nominasi Oscar 2023 untuk kategori film dokumenter panjang. Film ini menawarkan cerita dan wawasan yang menarik tentang gunung berapi dan pasangan suami istri ahli vulkanologi. Keduanya adalah Katia dan Maurice Krafft.

Katia berjumpa dengan Maurice di Universitas Strasbourg pada tahun 60-an. Mereka didekatkan dengan kecintaan mereka terhadap gunung berapi. Pada tahun 1970 mereka menikah dan kemudian berbulan madu di tempat yang tak biasa, namun sesuai dengan minat keduanya, yakni gunung berapi Stromboli di Italia.

Sejak itu keduanya hampir tak terpisahkan dalam urusan gunung berapi. Meski dalam sebuah wawancara Maurice berkata ia telah berkeliling 150 gunung berapi dan Katia telah melakukan tur ke 170 vulkano.

Sejak kecil Maurice jatuh cinta dengan gunung berapi. Baginya gunung berapi itu menyimpan data tarik tersendiri. Ia tak begitu tertarik dengan dunia manusia, ia lebih suka tinggal   dan mengamati gunung berapi.

Andaikata batu bisa dimakan, maka ia ingin tinggal di gunung berapi, tak perlu turun, demikian kelakarnya.

Sama halnya dengan Maurice, Katia juga kagum dengan hal-hal yang ditemuinya selama mengamati gunung berapi. Ia dengan kameranya, memotret setiap hal menarik yang ditemuinya di gunung berapi.

Di gunung berapi, keduanya melakukan pengamatan, mengambil sampel, memeriksa gas, dan merekam aktivitas erupsi nya. Katia dengan kamera, Maurice dengan video kameranya.

Berdua mereka pergi berkeliling gunung berapi (sumber gambar: Film Affinity) 
Berdua mereka pergi berkeliling gunung berapi (sumber gambar: Film Affinity) 


Ada kalanya mereka mengambil risiko, mengambil gambar dan mengamati dengan posisi yang berdekatan dengan kawan dan lava. Suatu kali kaki Maurice terluka ketika terkena gas panas yang muncul dari lubang-lubang.

Mereka berkeliling negara satu ke negara lain untuk melakukan tur vulkano. Untuk menghidupi dan membiayai ekspedisi, mereka pun menjual kumpulan gambar, membuat film rekaman aktivitas vulkanologi, membuat buku, hingga hadir di ajang akademisi dan berbagai wawancara.

Hidup mereka lebih banyak berkeliling dari satu gunung berapi ke gunung berapi lainnya. Bagi Maurice, hidup singkat namun bermakna lebih penting daripada hidup panjang namun monoton.

Berbagai gunung berapi terkenal pernah dikunjunginya. Tak terkecuali  gunung berapi di Indonesia. Katia menyebut berbagai gunung berapi di Indonesia yang menarik perhatiannya, seperti Tambora, Galunggung, Krakatau, dan Anak Krakatau.

Maurice yang jauh lebih nekat daripada Katia berkata ia punya impian liar yakni berdayung di atas lava. Ia pun lalu nekat berdua bersama kawannya mendayung perahu karet berkeliling danau yang asam di Kawah Ijen, Banyuwangi, pada tahun 1971.

Keduanya pernah ke Indonesia, ke Kawah Ijen dan ke Anak Gunung Krakatau (sumber gambar: Los Angeles Times) 
Keduanya pernah ke Indonesia, ke Kawah Ijen dan ke Anak Gunung Krakatau (sumber gambar: Los Angeles Times) 

Katia menolak ikut. Sebagai ahli kimia, ia tahu bahaya asam pekat bagi makhluk hidup. Namun, suaminya bersikeras dan mengambil sampel air dari perahunya.

Ketika Maurice kembali ke kawah setelah berjam-jam perahunya sulit mendarat, Katia sangat marah. Ia sangat cemas dan takut.

Kunjungan berikutnya ke Indonesia yang terekam dalam film dokumenter ini adalah ke Anak Gunung Krakatau. Ketika gunung tersebut mulai batuk-batuk, keduanya malah berkemah di sana.

Sebuah peristiwa bencana yang dahsyat kemudian membuat keduanya agak berubah haluan. Katia merasa ia harus membantu banyak manusia agar tak terjadi lagi banyak korban akibat bencana alam yang disebabkan gunung berapi. Maurice juga pernah berkata bahwa ketika menyepi di gunung, ia jadi mencintai manusia.

Mereka kemudian serius menggarap film edukasi tentang memahami gunung berapi dan melakukan mitigasi ketika gunung berapi tersebut erupsi. Proyek terakhir mereka tersebut berjudul Understanding Volcanic Hazards and Reducing Volcanic Risks.

Film yang Digarap dengan Penuh Cinta
Film dokumenter Fire of Love ini disutradarai oleh Sara Dosa dan narasinya disampaikan oleh Miranda July. Sebagian gambar dari film ini merupakan footage yang dibuat oleh pasutri Maurice dan Katia, lalu dokumentasi wawancara dan lainnya, dengan fokus perjalanan kedua vulkanolog ini dari awal mereka bertemu hingga kemudian keduanya ke alam baka.

Gambar lava begitu indah namun juga berbahaya (sumber gambar: Sandbox Films) 
Gambar lava begitu indah namun juga berbahaya (sumber gambar: Sandbox Films) 

Film dokumenter ini terlihat digarap dengan penuh cinta dan antusias. Visualnya begitu indah, misterius, namun sekaligus berbahaya.

Kedua pasutri tersebut memang hidup untuk gunung berapi. Sehingga, di film ini kita bisa melihat kecintaan mereka terhadap vulkano ini.

Gambar-gambar yang mereka rekam begitu indah dan hidup. Aliran lava yang merah menggelegak nampak indah dan berbahaya, demikian juga dengan semburan lava pijar. Gambar-gambar ketika gunung erupsi dari awan panas hingga sekeliling dikelilingi abu nampak mengerikan, tapi di satu sisi juga memperlihatkan bagaimana besarnya kekuatan alam. Kata Katia, mereka seperti lalat ketika berhadapan dengan gunung berapi yang kekuatannya begitu besar seperti bom atom.

Keduanya saling peduli dan mengawasi (sumber gambar: Cin Europa) 
Keduanya saling peduli dan mengawasi (sumber gambar: Cin Europa) 


Visual film dokumenter ini tentang vulkano memang epik. Bagian ketika mereka mendayung di atas danau asam di Kawah Ijen membuat penonton ikut was-was. Apalagi kamera sebelumnya menyorot beberapa bangkai hewan yang terjatuh di dalamnya.

Film ini juga memiliki latar musik yang indah, manis dan romantis. Jika melihat lagu OST film The Good, the Bad & the Ugly karya Ennio Morricone yang terdengar di film ini sepertinya Maurice dan Katia memang gemar bertualang.

Ada beberapa bagian dalam film yang menunjukkan perhatian dan cinta yang besar antara keduanya. Ketika berada di tempat erupsi yang membawa korban, Katia nampak kebingungan dan cemas. Ia saat itu sendirian dan ingin segera bertemu Maurice yang sedang mencari dana penelitian.

Katia ingin terus melangkah bersama Maurice. Ia akan terus mengikutinya dan ingin meninggal bersamanya.

Sebuah kisah cinta yang unik antara dua vulkanolog dan gunung berapi. Film ini tayang perdana di Sundance Film Festival 2022 dan berhasil meraih penghargaan kategori Jonathan Oppenheim Editing Award: U.S. Documentary. Film ini juga meraih Best Archival Documentary di Critics' Choice Documentary Awards 2022 dan masih banyak lagi. Film ini bisa ditonton di Disney Plus Hotstar dengan durasi 93 menit.

Fire of Love adalah sebuah surat cinta pasangan suami istri Katia dan Maurice kepada gunung berapi yang dicintainya. Film dokumenter ini menyajikan visual yang epik dan sinematik, dengan rekaman perjalanan karier dan kisah cinta keduanya. Skor: 8/10

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun