Ada kalanya mereka mengambil risiko, mengambil gambar dan mengamati dengan posisi yang berdekatan dengan kawan dan lava. Suatu kali kaki Maurice terluka ketika terkena gas panas yang muncul dari lubang-lubang.
Mereka berkeliling negara satu ke negara lain untuk melakukan tur vulkano. Untuk menghidupi dan membiayai ekspedisi, mereka pun menjual kumpulan gambar, membuat film rekaman aktivitas vulkanologi, membuat buku, hingga hadir di ajang akademisi dan berbagai wawancara.
Hidup mereka lebih banyak berkeliling dari satu gunung berapi ke gunung berapi lainnya. Bagi Maurice, hidup singkat namun bermakna lebih penting daripada hidup panjang namun monoton.
Berbagai gunung berapi terkenal pernah dikunjunginya. Tak terkecuali  gunung berapi di Indonesia. Katia menyebut berbagai gunung berapi di Indonesia yang menarik perhatiannya, seperti Tambora, Galunggung, Krakatau, dan Anak Krakatau.
Maurice yang jauh lebih nekat daripada Katia berkata ia punya impian liar yakni berdayung di atas lava. Ia pun lalu nekat berdua bersama kawannya mendayung perahu karet berkeliling danau yang asam di Kawah Ijen, Banyuwangi, pada tahun 1971.
Katia menolak ikut. Sebagai ahli kimia, ia tahu bahaya asam pekat bagi makhluk hidup. Namun, suaminya bersikeras dan mengambil sampel air dari perahunya.
Ketika Maurice kembali ke kawah setelah berjam-jam perahunya sulit mendarat, Katia sangat marah. Ia sangat cemas dan takut.
Kunjungan berikutnya ke Indonesia yang terekam dalam film dokumenter ini adalah ke Anak Gunung Krakatau. Ketika gunung tersebut mulai batuk-batuk, keduanya malah berkemah di sana.
Sebuah peristiwa bencana yang dahsyat kemudian membuat keduanya agak berubah haluan. Katia merasa ia harus membantu banyak manusia agar tak terjadi lagi banyak korban akibat bencana alam yang disebabkan gunung berapi. Maurice juga pernah berkata bahwa ketika menyepi di gunung, ia jadi mencintai manusia.
Mereka kemudian serius menggarap film edukasi tentang memahami gunung berapi dan melakukan mitigasi ketika gunung berapi tersebut erupsi. Proyek terakhir mereka tersebut berjudul Understanding Volcanic Hazards and Reducing Volcanic Risks.
Film yang Digarap dengan Penuh Cinta
Film dokumenter Fire of Love ini disutradarai oleh Sara Dosa dan narasinya disampaikan oleh Miranda July. Sebagian gambar dari film ini merupakan footage yang dibuat oleh pasutri Maurice dan Katia, lalu dokumentasi wawancara dan lainnya, dengan fokus perjalanan kedua vulkanolog ini dari awal mereka bertemu hingga kemudian keduanya ke alam baka.