Kekonyolan kedua muncul tak lama berselang. Â Bram mencoba merayu Kinan di sebuah kamar. Ini seperti meniru formula horor-horor konyol Hollywood di mana biasanya ada dua karakter bodoh yang berbuat mesum tak pandang tempat.
Kekonyolan ketiga dan seterusnya terus bermunculan hingga membuat saya mulai putus harapan film ini akan memberikan sesuatu yang menarik. Sungguh seperti menyia-nyiakan potensi dan bakat akting para pemainnya.
Sebenarnya kelemahan dari segi cerita bisa ditambal dengan cara menarik simpati penonton ke para karakternya. Sayangnya latar belakang tiap karakter kurang tersampaikan. Hanya Bram yang diceritakan kerja di perminyakan dan Rani yang suka menggambar. Ini membuat saya yang menontonnya merasa kurang bersimpati ke para karakternya. Apalagi sosok Bram seperti mengikuti 'pakem' horor Hollywood. Siapa yang berbuat mesum sembarangan itulah karakter yang terburuk.
Biasanya untuk horor survival semacam ini juga ada unsur perlawanan dan upaya meloloskan diri. Namun di sini hanya Anom yang masih nampak berupaya. Lainnya ada yang hanya sibuk menangis. Tak begitu nampak perjuangan mereka untuk tetap selamat keluar dari rumah terkutuk tersebut.
Dari segi akting, Randy masih seperti karakternya dalam Sri Asih. Karakternya tersebut sebelas duabelas. Sedangkan Shareefa dan Wafda nampak bermain aman.
Unsur tahun 90an sebagai latar cerita film ini juga kurang nampak, baik dari segi kostum, set production, maupun dialog. Jika tidak ada informasi latar waktu filmnya tahun 90-an, mungkin saya juga mengira latar waktunya masa kini minus ponsel pintar.
Sisi Plusnya Juga Ada
Ada banyak kekurangannya, namun bukan berarti film horor produksi aim-a-gin-e ini  begitu buruk. Masih ada sisi plusnya.
Film horor ini tak mengandalkan jumpscare dan penampakan seram. Penampakan hanya sekilas-sekilas dan tak jelas. Unsur seramnya malah dari teror ilusi, yang membuat tiap karakter kebingungan membedakan hal yang nyata dan sekadar ilusi. Ini sesuatu yang menarik.
Dari segi visual, gambar-gambar dan pewarnaannya nyaman di mata. Hanya yang bikin bingung rumah dari luar nampak besar, tapi dalamnya ternyata tidak. Jadi bertanya-tanya itu juga ilusi buat penonton?
Melihat durasi filmnya yang hanya 67 menit saya bertanya-tanya, apakah filmnya bakal lebih bagus bila durasinya diperpanjang? Entahlah.