Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Rumah Kaliurang, Premis Potensial Namun Banyak Minusnya

28 Desember 2022   23:45 Diperbarui: 29 Desember 2022   17:00 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diangkat dari kisah seram sebuah rumah di Kaliurang (Sumber gambar: Bioskop Online dalam Kompas.com) 

" Semua yang ada di rumah ini tidak masuk akal," - Rani

Lima orang dewasa memasuki rumah kosong secara sembarangan. Mereka tak nampak curiga akan keberadaan rumah tersebut. Hingga kemudian gangguan supranatural muncul dan membuat mereka sangat ketakutan. Itulah premis yang disajikan film Rumah Kaliurang.

Film yang merupakan debut Dwi Sasoso di bangku sutradara ini tayang di platform streaming Bioskop Online. Dwi tak sendirian mengarahkan para pemain, ia  bersama Dondy Adrian yang sebelumnya menjadi asisten sutradara Taring (2010) dan Message Man (2018).

Film yang naskahnya ditulis oleh Husein M. Atmojo ini terinspirasi dari sebuah rumah terbengkalai di daerah Kaliurang, Yogyakarta yang terkenal seram. Rumah tersebut konon ditinggalkan setelah terkena erupsi Merapi.

Dari segi premis, film horor ini sebenarnya potensial. Namun sayangnya ada banyak yang janggal dan terasa konyol dalam film ini.

Lima orang dewasa itu tiga pria dan dua wanita. Mereka adalah Brama (Randy Pangalia), Aji (Wafda Saifan Lubis), Anom (Khiva Iskak), Rani (Shareefa Daanish), dan  Kinan (Erika Carlina). Mereka teman main yang sudah lama tak berkumpul. Kelimanya dalam perjalanan untuk liburan.

Kedatangan mereka ke rumah tersebut dikarenakan mobil mereka yang menabrak sesuatu. Setelah diperiksa, tidak ada apapun yang ditabrak.

Kekonyolan berawal dari Kinan yang minta diantar Brama, kekasihnya, untuk buang air. Bukannya buang air di tempat yang tak begitu jauh dari kendaraan mereka berhenti, mereka malah terus masuk ke dalam hutan hingga menemukan sebuah rumah.

Film ini memiliki potensi besar hanya eksekusinya banyak minusnya (sumber gambar: Bioskop Online dalam Go-Tix) 
Film ini memiliki potensi besar hanya eksekusinya banyak minusnya (sumber gambar: Bioskop Online dalam Go-Tix) 

Bukannya takut dan merasa aneh, mereka malah masuk rumah ketika pintu rumah tersebut ternyata terbuka. Ini kekonyolan pertama.

Kekonyolan kedua muncul tak lama berselang.  Bram mencoba merayu Kinan di sebuah kamar. Ini seperti meniru formula horor-horor konyol Hollywood di mana biasanya ada dua karakter bodoh yang berbuat mesum tak pandang tempat.

Kekonyolan ketiga dan seterusnya terus bermunculan hingga membuat saya mulai putus harapan film ini akan memberikan sesuatu yang menarik. Sungguh seperti menyia-nyiakan potensi dan bakat akting para pemainnya.

Sebenarnya kelemahan dari segi cerita bisa ditambal dengan cara menarik simpati penonton ke para karakternya. Sayangnya latar belakang tiap karakter kurang tersampaikan. Hanya Bram yang diceritakan kerja di perminyakan dan Rani yang suka menggambar. Ini membuat saya yang menontonnya merasa kurang bersimpati ke para karakternya. Apalagi sosok Bram seperti mengikuti 'pakem' horor Hollywood. Siapa yang berbuat mesum sembarangan itulah karakter yang terburuk.

Biasanya untuk horor survival semacam ini juga ada unsur perlawanan dan upaya meloloskan diri. Namun di sini hanya Anom yang masih nampak berupaya. Lainnya ada yang hanya sibuk menangis. Tak begitu nampak perjuangan mereka untuk tetap selamat keluar dari rumah terkutuk tersebut.

Dari segi akting, Randy masih seperti karakternya dalam Sri Asih. Karakternya tersebut sebelas duabelas. Sedangkan Shareefa dan Wafda nampak bermain aman.

Unsur tahun 90an sebagai latar cerita film ini juga kurang nampak, baik dari segi kostum, set production, maupun dialog. Jika tidak ada informasi latar waktu filmnya tahun 90-an, mungkin saya juga mengira latar waktunya masa kini minus ponsel pintar.

Sisi Plusnya Juga Ada

Ada banyak kekurangannya, namun bukan berarti film horor produksi aim-a-gin-e ini   begitu buruk. Masih ada sisi plusnya.

Film horor ini tak mengandalkan jumpscare dan penampakan seram. Penampakan hanya sekilas-sekilas dan tak jelas. Unsur seramnya malah dari teror ilusi, yang membuat tiap karakter kebingungan membedakan hal yang nyata dan sekadar ilusi. Ini sesuatu yang menarik.

Perjuangan mereka untuk hidup masih kurang terlihat (sumber gambar: Bioskop Online) 
Perjuangan mereka untuk hidup masih kurang terlihat (sumber gambar: Bioskop Online) 
Dari segi visual, gambar-gambar dan pewarnaannya nyaman di mata. Hanya yang bikin bingung rumah dari luar nampak besar, tapi dalamnya ternyata tidak. Jadi bertanya-tanya itu juga ilusi buat penonton?

Melihat durasi filmnya yang hanya 67 menit saya bertanya-tanya, apakah filmnya bakal lebih bagus bila durasinya diperpanjang? Entahlah.

Rumah Kaliurang berupaya menawarkan horor dengan formula segar. Namun hal-hal konyol dalam alur ceritanya membuat putus asa. Beberapa adegan mengingatkan akan film horor Hollywood seperti Evil Dead, The Cabin in the Woods, dan semacamnya.

Skor: 6/10

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun