Aku sendiri tak tahu puisi mana yang jadi favoritku. Sejak dulu aku suka puisi-puisi Joko yang jenaka dan menggelitik. Puisi Ibu Kami adalah contoh karya puisinya yang lugas namun memiliki pesan yang apik.
Satunya lagu adalah puisinya yang singkat berjudul Guyon Yogya. Ini jenaka namun juga mengandung kritik sosial. Jika kita suka membaca cuitan di medsos maka kita akan sering menemukan keluhan tentang biaya hidup dan gaji di Yogya yang tak sebanding.
"UMR-nya rendah
Harga tanahnya tinggi
Harga kangennya lebih tinggi" (Guyon Yogya, Joko Pinurbo)
Puisi-puisi Joko tidak membosankan. Buku-buku puisinya sering kubaca berulang kali. Puisinya tentang spiritual berjudul Kesusu seperti menyentilku seperti mengapa kita berdoa dan beribadah terburu-buru seperti hanya setor muka dan sekadar memenuhi kewajiban. Ada puisinya berjudul Malam Natal yang mengharukan, tentang seorang ibu yang melakukan berbagai upaya agar anak-anak dapat merayakan Natal dengan gembira meski secara sederhana dan di tengah banyak masalah.Â
Terima kasih Pak Khun, akhirnya aku bisa nulis agak panjang lagi setelah belakangan entah kenapa aku tak mood menulis dan hanya menulis pendek-pendek. Yuk tetap semangat menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H