Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kutukan Kompasiana Award Itu Hanya Mitos

21 November 2022   16:11 Diperbarui: 21 November 2022   16:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana ibarat rumah, anak-anak yang hilang biasanya suatu ketika akan kembali pulang (sumber gambar: Pixabay/ArmbrustAnna) 

Dulu ramai beredar di kalangan kompasianer istilah kutukan Kompasiana Award. Latar munculnya istilah tersebut karena sebagian dari penerima Kompasiana Award mulai tak aktif lagi menulis di Kompasiana usai mendapatkan penghargaan. Namun menurutku kutukan tersebut tidak ada, alias hanya sekadar mitos. 

Jika diperhatikan masih banyak penerima Kompasiana Award yang masih aktif menulis. Contohnya adalah opa Tjiptadinata Effendy.  Beliau mendapatkan predikat Kompasianer of the Year pada tahun 2014. Hingga delapan tahun kemudian, Pak Tjip tetap aktif menulis. Beliau juga rajin bersilatuhrami ke artikel Kompasianer. 

Contoh lainnya adalah Pak Tonny Syiariel yang juga masih rajin menulis di Kompasiana setelah mendapatkan dua penghargaan. Juga ada mba Gaganawati Stegmann yang masih aktif mengelola komunitas jalan-jalan Kompasiana alias Koteka. Saat ini aku juga masih aktif menulis, meski tidak bisa setiap hari menulis seperti dulu, karena kesibukan. Ya, menurutku kutukan itu hanya mitos. 

Memang realitanya tak sedikit penerima Kompasiana Award yang seperti lenyap dari peredaran Kompasiana. Namun bukankah itu sesuatu yang wajar di sebuah wadah dan organisasi, ada yang datang dan pergi?! 

Menurutku ada sejumlah alasan mengapa peraih Kompasiana Award tak lagi menjadikan Kompasiana sebagai wadah untuk menulis. Teman-teman Kompasianer mungkin juga sebagian telah menduga-duga alasan tersebut, seperti soal kesibukan yang makin padat atau Kompasiana yang mungkin dirasa bukan lagi rumah yang nyaman. 

Namun menurutku alasannya bukan hanya itu. Mendapatkan prestasi di Kompasiana  sebenarnya bukanlah tujuan akhir. Setelah mendapatkan award di Kompasiana maka bukan berarti penerimanya harus sudah merasa puas.

Kompasiana bukanlah segalanya, dunia masih begitu luas. Impian dan peluang juga tak terbatas. Menurutku ketika seseorang mendapatkan Kompasiana Award maka itu merupakan salah satu kunci pembuka dari jalan-jalan lainnya. 

Bisa jadi ketika si penerima mendapatkan Kompasiana Award, ia mendapatkan rasa percaya diri sehingga ia berani untuk mencoba sesuatu di luar zona nyamannya. Ia jadi berani untuk menggapai sesuatu yang lebih tinggi. 

Ada banyak peluang dan kesempatan yang datang menghampiri ketika seseorang meraih Kompasiana Award. Bisa jadi peluang tersebut samar-samar dan hanya bisa didapatkan jika ia datang menghampirinya. Peluang tersebut bisa berupa pekerjaan atau kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. 

Ketika aku mendapatkan penghargaan tahun lalu memang tidak ada perubahan secara signifikan hingga saat ini. Aku juga tak menyematkan nama penghargaan yang kuperoleh di biodata di Kompasiana atau tempat lainnya sehingga di luar Kompasiana, jarang yang tahu aku mendapatkan penghargaan bergengsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun