Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Feathers, Dark Comedy tentang Suami yang Berubah Jadi Ayam

14 November 2022   09:48 Diperbarui: 18 November 2022   00:05 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana jika si suami berubah jadi ayam? (Sumber gambar: Still Moving via baz-art.org) 

Tak setiap sulap bisa berhasil. Ada kalanya pesulap gagal mengucapkan mantra atau tak bisa mengembalikan kondisi seperti semula. Kisah sulap yang gagal ini dikemas secara absurd dengan unsur dark comedy dalam film berlatar Mesir berjudul Feathers (Plumes). 

Aku menemukan film unik ini di Parade Film dalam rangka memperingati 15 tahun kiprah TorinoFilmLab di FestivalScope. TorinoFilmLab sendiri adalah wadah bagi sutradara dan produser untuk debut film panjang. 

Tak sedikit alumninya yang berhasil menembus festival film bergengsi, seperti sutradara Omar El Zohairy yang filmnya, Feathers, berhasil menembus Festival Cannes pada tahun 2021.

Feathers berkisah tentang satu keluarga miskin, sepasang suami istri dan tiga anak. Si suami sering bercerita muluk-muluk, sedangkan si istri tak pernah nampak berbicara ataupun tersenyum.

Si istri seorang yang rajin dan selalu menuruti kata-kata suaminya. Ia juga tak protes ketika suaminya membawa pulang benda aneh yang katanya untuk mempercantik tempat tinggal mereka.

Si suami suka menuntut dan muluk-muluk (sumber gambar: variety.com) 
Si suami suka menuntut dan muluk-muluk (sumber gambar: variety.com) 

Suatu ketika si istri sibuk mempercantik rumahnya. Si suami akan mengadakan pesta syukuran untuk memperingati hari jadi putranya. Ia mengundang atasan, saudara-saudara, dan kawan-kawannya, termasuk pesulap.

Di tengah pesta, si pesulap meminta si suami untuk menjadi sukarelawan. Ia akan menunjukkan trik sulap yang menarik kepada para tamu. Si suami pun masuk ke dalam peti. 

Ketika peti dibuka, pesulap berhasil mengubah si suami menjadi ayam. Para tamu bersorak gembira. Si pesulap kemudian memasukkan kembali ayam dan mengucapkan mantra.

Peti dibuka. Tak ada siapapun. Ayam itu tetap menjadi ayam...

Ayamnya tak berubah jadi manusia lagi (sumber gambar: baz-art.org) 
Ayamnya tak berubah jadi manusia lagi (sumber gambar: baz-art.org) 

Film yang Absurd dan Sentil Kondisi Sosial Masyarakat
Aku langsung penasaran akan film ini ketika membaca sinopsisnya, pesulap yang tak sengaja mengubah kepala keluarga menjadi seekor ayam. Wah kayaknya menarik nih, meski aku juga pernah mendengar premis seperti ini di cerita dan film yang pernah kubaca dan kutonton.

Cerita tentang pesulap entah kenapa selalu berhasil menarik perhatianku. Oleh karena cerita pesulap ada kalanya bercampur dengan sesuatu yang seperti sihir. Tak semuanya berhasil atau terjadi seperti yang diharapkan.

Ada tiga cerita tentang pesulap yang juga bercerita tentang pesulap yang menghadirkan sesuatu yang ajaib. Yang pertama adalah The Sound of Magic (Annarasumanara) di mana batas sulap dan sihir itu tipis.

Berikutnya adalah film animasi yang sedang diproduksi diangkat dari novel karya Kate Di Camillo, The Magician's Elephant. Novel ini favoritku, ceritanya tentang pesulap yang sering diejek pesulap gagal, suatu ketika ia tak sengaja menghadirkan gajah sekonyong-konyong. Malangnya ia tak bisa mengembalikan manteranya sehingga membuat audiens dan si gajah kebingungan.

Film Abracadabra juga bercerita pesulap yang gagal mengembalikan mantranya (sumber gambar: Kompas.com) 
Film Abracadabra juga bercerita pesulap yang gagal mengembalikan mantranya (sumber gambar: Kompas.com) 

Cerita ketiga adalah film berjudul Abracadabra yang dibintangi Reza Rahadian. Film ini berkisah tentang pesulap yang sukses membuat anak laki-laki menghilang dari kotak, tapi tak mampu membawanya kembali.

Meski premis Feathers terdengar seperti bukan sesuatu yang baru, namun secara keseluruhan film ini menarik dan memberikan cerita yang segar. Hal ini dikarenakan film ini dikemas secara absurd dengan unsur dark comedy dan satir.

Tak ada nama khusus untuk si suami dan si istri karena hal-hal yang terjadi di keluarga tersebut bisa menimpa siapa saja. Film ini sebenarnya kaya akan simbol dan sindiran akan budaya patriarki yang kuat di mana membuat posisi perempuan terasa sulit.

Di awal film terlihat si istri yang tak pernah berbicara dan tersenyum. Ketika suaminya berubah menjadi ayam, ia mengikuti saran orang-orang di sekitarnya untuk membawa si ayam ke orang-orang 'pintar', namun tak ada yang terjadi.

Si istri di awal tak pernah ngomong dan tersenyum (sumber gambar: IMDb) 
Si istri di awal tak pernah ngomong dan tersenyum (sumber gambar: IMDb) 

Awalnya ia hanya menerima sumbangan ala kadarnya dari saudaranya untuk bertahan hidup. Tapi kemudian ia baru menyadari jika suaminya banyak utang. Satu per satu barang di rumahnya diambil paksa dan mereka terancam diusir dari rumah.

Dari sini sosok si istri yang di awal hanya seperti latar kemudian perlahan-lahan berubah. Ia memberanikan diri mendobrak batas seperti melamar bekerja di pabrik. Ia mulai berbicara dan berani untuk protes.

Perkembangan karakter si istri ini menarik dan menunjukkan perempuan sebenarnya adalah sosok yang kuat di balik fisiknya yang nampak rapuh. Sebaliknya si suami yang banyak menuntut, tetap saja tak berubah, meski fisiknya berubah menjadi ayam.

Mengapa berubah menjadi ayam, bukan hewan lainnya? Apakah ayam merupakan simbolisasi tertentu? Bisa saja.

Mengapa ayam dan bukan hewan lain? (Sumber gambar: middleeasteye.net) 
Mengapa ayam dan bukan hewan lain? (Sumber gambar: middleeasteye.net) 

Selama dua jam penonton diajak menyelami potret kemiskinan dan budaya patriaki yang kental di Mesir. Penonton akan merasa terenyuh melihat perjuangan si istri untuk mengembalikan wujud suaminya dan mencukupi kebutuhan keluarganya. 

Oleh karena film ini juga mengusung dark comedy, meski ceritanya suram, penonton bisa jadi tergelitik, misalnya karena musik dalam film ini di beberapa bagian terasa hingar-bingar dan kontras. Adegan ketika si istri bekerja memotong-motong daging ayam ini juga terasa menggelitik mengingat si suami juga berubah wujud jadi ayam.

Gambar-gambar dalam film dibiarkan apa adanya, pabrik dan kantor yang kusam dan muram. Rumah yang sederhana dan nampak berantakan. Debu-debu yang beterbangan memperkuat suasana yang muram.

Pada pemeran diambil dari orang-orang biasa, bukan pemeran profesional. Namun penonton tetap bisa mendapat pesan dan emosi yang kuat dari mimik dan gestur si istri yang tertekan, namun tetap berjuang. 

Gambar-gambar dibiarkan apa adanya (sumber gambar: middleeasteye.net) 
Gambar-gambar dibiarkan apa adanya (sumber gambar: middleeasteye.net) 


Feathers sebuah drama kemanusiaan yang menyentuh. Film yang dibintangi Demyana Nassar, Fady Mina Fawzy, Samy Bassouny, Mohamed Abd El Hady, Abo Sefen Nabil Wesa, dan Fady Naguib ini banyak meraih penghargaan, salah satunya Critics Week Grand Prize di Festival Cannes 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun