Omong-omong sebagai sutradara pemula, bagaimana  mengarahkan aktor dan aktris senior, apakah ada rasa gugup? Acho tertawa. Jika melihat pengalaman Yayu Unru, Lydia Kandou, Ira Wibowo dan lainnya maka perasaan gugup atau lainnya itu wajar. Tapi mereka adalah aktor aktris profesional, yang sebenarnya hanya perlu diyakinkan tentang karakter, cerita, dan peran mereka di dalam film.
Sebelum bertemu mereka, Acho telah menyiapkan backstory tiap-tiap karakter yang kuat. Sehingga ia punya alasan jika misalkan Yayu bertanya alasan Pak Dahlan, tokoh yang diperankannya  berlaku sedemikian rupa.
Tentang adegan favorit, ia menyebutkan tiga. Yang pertama ketika para staf penginapan makan rujak. Ada satu yang kepedasan dan sakit perut. Berhubung Laras memanggil mereka untuk diajak rapat, maka staf yang mulas harus menahan diri dengan cara yang kocak.
Adegan favoritnya berikutnya ketika semua anak berkumpul dan mengungkapkan kekesalannya pada sikap ayahnya. Mereka menyampaikan kemarahan dan keluhannya selama ini. Di sinilah puncak konflik film tersebut.
Dan yang ketiga ketika diputar rekaman si ayah yang memberikan petuah dan memohon maaf kepada anak-anaknya. Si ayah merekam dirinya sendiri sebelum ia meninggal. Adegan ini sungguh mengharukan. Yayu Unru berhasil membuat Acho juga ikut terharu di lokasi syuting.
Nah pertanyaan terakhir, apabila kembali dipercaya menyutradarai film ingin yang seperti apa? Pria murah senyum ini menjawab ia akan tetap memasukkan unsur komedi di filmnya. Ia memang ingin ke depan menggarap drama dengan unsur komedi. Namun apabila dipercaya menggarap genre horor, maka ia juga akan tetap membubuhinya dengan unsur komedi.
Itulah obrolan kami bersama Muhadkly Acho, komika yang sukses dengan debutnya sebagai penulis skenario dan sutradara. Mumpung film "Gara-gara Warisan" masih tayang di bioskop, buruan nonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H