Ibu punya banyak koleksi wadah kue. Biasanya tiap tahun temanya berganti. Ayah yang suka membelikannya. Tapi sejak beberapa tahun lalu, ibu lebih suka membiarkan kue kering di wadahnya tanpa dipindahkan lagi ke wadah-wadah lucu.
Padahal dulu itu selalu menjadi tugasku. Usai Maghriban, aku akan menata kue-kue di wadah dengan bersemangat. Kue-kue yang tak muat di wadah pun kumakan. Yang bentuknya cacat juga kumakan. Aku jadi bisa icip-icip sebelum waktunya.
Usai menata kue di rumah maka aku juga membantu menata kue di rumah nenek. Kue-kue nenek sebagian berbeda dengan yang di rumah, sehingga aku juga berkesempatan icip-icip kue nenek yang berbeda.
Setelah nenek meninggal dan kemudian ayah meninggalkan kami, aku tak punya banyak pekerjaan menyiapkan lebaran apabila pulang kampung. Apalagi belakangan ibu lebih suka pesan makanan, khususnya lontong dan ketupatnya.
Menyiapkan Angpau untuk Galak Gampil
Yang tak kalah penting adalah menyiapkan angpau buat para keponakan dan juga buat anak tetangga yang datang. Kakak memberikanku amplop warna-warni buatannya. Amplop ini siap diisi.
Pasangan sendiri sudah menukarkan uang ke bank berupa uang lima puluh ribu dan sepuluh ribu baru. Nantinya uang ini tinggal diisikan ke amplop-amplop. Kami juga sedia uang cadangan agar sewaktu-waktu jika ada anak dari kampung lain ingin 'galak gampil' alias berburu angpau, mereka tak kecewa.
Tradiis ini sudah berlangsung lama. Istilah galak gampil berasal dari dua kata galak dan gampil. Galak itu maknanya sama dengan makna dalam bahasa Indonesia. Sedangkan gampil itu mudah. Maknanya saat lebaran orang-orang yang galak mudah diambil hatinya untuk memberikan angpau.
Besaran angpau galak gampil ini tak ada standarnya. Mungkin tahun ini minimal Rp10 ribu untuk anak-anak yang tak dikenal atau dari kampung lain.
Kodenya itu juga sama. 'Lik, galak gampil'e". Sayangnya sudah tak banyak tamu-tamu galak gampil dari kampung lain yang singgah ke rumah kami. Mereka biasanya punya semboyan, pantang pulang sebelum dapat angpau.
Aku dulu juga pernah menjadi pelakunya. Hanya sekali karena ikut-ikutan kakak. Lalu kapok karena malu, kakak dan teman-temannya rupanya konsisten tak akan beranjak pergi sebelum dapat angpau.
Itu pengalaman berburu angpau yang berkesan.