Beban pekerjaan yang berat ini memuncak ketika ada undangan pertemuan mendadak. Siang hari baru disampaikan undangan rapat untuk keesokan paginya. Dan aku kebagian yang melakukan paparan.Â
Kuperiksa daftar undangannya. Wah banyak sekali audiensnya. Sebagian besar adalah non TI, jadi aku harus memoles paparanku agar dipahami oleh semua audiens.Â
Rupanya memoles kalimat dari bahasa best practise yang mengawang-awang ke bahasa awam yang mudah dicerna tidak mudah. Berkali-kali kuganti dan kusempurnakan. Hingga tengah malam, masih banyak yang belum ku selesaikan.Â
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 02.00 pagi aku memutuskan sekalian begadang. Aku takut bablas tidak sahur dan sholat Subuh. Aku juga tidak tenang bila slideku belum selesai.Â
Terpaksa kuminum kopi hitam agar bisa tetap terjaga. Aslinya ingin sekali tidur ke peraduan.Â
Akhirnya adzan Subuh berkumandang. Â Usai sholat Subuh, tinggal sedikit yang harus kubenahi. Kubaca-baca lagi slideku. Aku semalaman juga telah membaca semua regulasi dan landasan berkaitan dengan bidang tersebut agar benar-benar paham dengan hal yang akan ku bahas nantinya.Â
Mungkin karena lega slide paparanku sudah selesai, aku kemudian terlelap. Bangun-bangun hampir pukul delapan pagi dan aku terkejut. Aku mandi sambil menyakinkan diri agar mataku tak terlihat sembab karena kurang tidur.Â
Syukurlah selama dua setengah jam presentasiku lancar. Tapi aku masih ingin tidur. Akhirnya seusai sholat Dhuhur, aku kembali terlelap.Â
Berhari-hari kemudian beban pekerjaan masih begitu tinggi. Bahkan libur long weekend kemarin kami masih mengerjakan ini itu. Hingga kemudian kami pun protes. Rupanya bukan hanya aku yang merasa kelelahan, teman-teman lain pun juga sama.Â
Begadang lembur hingga Subuh lalu tidur usai Subuh itu tidak sehat. Badan jadi lemas dan wajah nampak kusam.Â
Aku ingin bisa tidur awal lagi. Lalu bisa sahur dan tidak tidur lagi usai sholat Subuh.Â