Film biopik kemudian menular ke orang-orang 'biasa' yang memiliki kontribusi ke negeri ini seperti Soe Hok Gie yang mahir beropini dalam " Gie" dan Butet yang mengajar anak-anak pedalaman di "Sokola Rimba", juga para musisi seperti Chrisye.Â
Yang kemudian laris dan banyak dijadikan biopik adalah tokoh dan pahlawan olah raga. Ada cerita anak yang mengagumi Lim Swie King dalam "King", di mana dalam film ini juga muncul atlet-atlet bulutangkis betulan seperti Lim Swie King dan Jonathan Christie.
Berikutnya adalah srikandi bulutangkis Indonesia, Susy Susanti lewat "Susy Susanti - Love All". Sama halnya dengan film "King", penonton juga diperkenalkan para pemain bulutangkis beken sejaman dengan Susy, seperti Alan Budikusuma, Ardy Wiranata, Hermawan Susanto, dan Endah Kusumawardhani.
Trio pemain panahan yang meraih medali perak di Olimpiade Seoul juga sudah difilmkan dalam "Tiga Srikandi". Kemudian juga ada atlet panjat tebing, Aries Susanti Rahayu dalam "6,9 Detik".
Masih banyak pahlawan olah raga yang layak untuk dibuatkan biopiknya. Ke depan bakal tayang film berjudul "Ellyas Pical", film tentang atlet petinju Ellyas Pical yang namanya dulu mendunia.
Dari cabang atletik sebenarnya ada Mardi Lestari, Purnomo, dan Dedeh Erawati yang raih prestasi di kancah internasional, bahkan Purnomo dan Mardi pernah masuk semi finalis di nomor lari Olimpiade.
Dari olah raga renang juga ada atlet legendaris Richard Sambera dan Elsa Manora Nasution. Di kancah tenis juga ada pasangan suami istri Yayuk Basuki dan Suharyadi. Nah dari nomor angkat besi ini ada banyak, di antaranya Eko Yuli dan Raema Lisa Rumbewas.
Mengapa film biografi perlu dibuat?