Premis cerita tentang pasangan yang mengalami amnesia bukanlah sesuatu yang anyar. Ada begitu banyak film yang memiliki tema seperti ini, misalnya "50 First Dates" dan "The Vow". Lantas apa yang membuat film Indonesia berjudul "24-7" yang tayang di KlikFilm ini menarik untuk disimak?
Film ini berkisah tentang pasangan suami istri, Anggara (Rio Dewanto) dan Aini (Enzy Storia). Ketika merayakan ulang tahun pernikahan kedua, Aini merasa pusing dan berakhir pingsan. Rupanya ia mengidap kanker otak.
Oleh karena penyakitnya, ia kemudian mengalami gangguan ingatan parsial. Ia tak ingat sama sekali Anggara sebagai suaminya. Alhasil, Anggara berjuang keras mengembalikan ingatan istrinya.
Sebuah Akting Memikat dari Rio Dewanto
Tone film ini dinamis. Di awal cerita, penonton disuguhi pertemuan dan gaya pedekate Anggara ke Aini yang menggemaskan. Anggara rela berbuat konyol demi berkenalan dan dekat dengan Aini. Sedangkan Aini nampak judes menanggapinya. Hingga kemudian ada sesuatu yang meluluhkan hatinya.
Cerita menjadi sedih dan muram ketika Aini didiagnosa memiliki kanker otak. Ia kembali menjadi Aini yang judes dan kasar, karena merasa tak mengenal Anggara.
Perubahan tone cerita ini sebenarnya wajar karena ceritanya Aini kehilangan ingatan tentang sosok suaminya. Namun entah kenapa, pada bagian ini ceritanya menjadi lambat dan terkesan terseret-seret hingga cerita berakhir.
Adanya kejutan di bagian akhir juga tak terasa menyejukkan. Mungkin hanya agar terlihat berbeda, dengan cerita-cerita film lainnya yang memiliki premis yang mirip.
Namun film ini tidaklah buruk. Aku mengapresiasi performa Rio Dewanto di sini. Di sini ialah bintangnya. Wajar sih karena ia sepertinya paling senior di antara pemeran lainnya.
Rio Dewanto ketika masih sering tampil di FTV, memang banyak hadir di tema drama romantis. Namun sepertinya Rio jarang terlihat konyol saat berperan sebagai orang yang jatuh cinta. Oleh karenanya melihat Rio Dewanto berperan sebagai Anggara yang bucin ini menarik.
Di sini porsi Rio juga paling besar. Ia yang membuat roda cerita bergerak. Dan ia menjadi sosok karakter yang memang pantas mendapat simpati penonton.
Sedangkan Enzy di sini juga tidak buruk. Namun mungkin karena jam terbangnya belum tinggi, jadinya ia masih kurang bisa mengimbangi pesona Rio Dewanto. Entah kenapa meski perannya di sini sebagai istri yang menderita penyakit parah, namun rasanya kurang bisa mengetuk simpati. Atau karena karakternya di sini yang dibuat judes, sehingga kurang bisa mengambil simpati penonton.
Bagian menarik ketika mereka beradu akting yakni ketika adegan baru dibuka, di mana mereka mengobrol saat bangun pagi dan ketika mereka masih dalam tahap pedekate. Adegan selanjutnya terasa nanggung.
Selama sekitar 90 menitan penonton lebih banyak disuguhi adegan Anggara yang berupaya mengembalikan ingatan istrinya. Karena temponya lambat, agak terasa menjemukan.
Sisi plus film yang dibesut Dyan Sunu Prastowo ini selain performa Rio Dewanto adalah kualitas gambarnya. Film produksi Falcon ini memiliki kualitas gambar yang bagus dan warna yang nyaman di mata. Editingnya juga cukup rapi.
Dari segi pemilihan judul, menurutku judulnya terlalu mirip dengan film yang dibintangi Dian Sastro  dan Lukman Sardi, yakni "7/24". Andaikata diubah, mungkin bisa lebih menarik perhatian.
Oh iya aku menonton film ini tadi siang, Sabtu (19/3) Â secara live bareng komunitas Habis Nonton Film dan Cineverse. Di situ disediakan live chat sehingga sambil menonton, peserta bisa langsung berkomentar.
Film "7-24" menyuguhkan performa Rio Dewanto yang apik namun jalan ceritanya kurang maksimal untuk menjadi sajian yang menarik. Skor: 6.5/10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H