Rio Dewanto ketika masih sering tampil di FTV, memang banyak hadir di tema drama romantis. Namun sepertinya Rio jarang terlihat konyol saat berperan sebagai orang yang jatuh cinta. Oleh karenanya melihat Rio Dewanto berperan sebagai Anggara yang bucin ini menarik.
Di sini porsi Rio juga paling besar. Ia yang membuat roda cerita bergerak. Dan ia menjadi sosok karakter yang memang pantas mendapat simpati penonton.
Sedangkan Enzy di sini juga tidak buruk. Namun mungkin karena jam terbangnya belum tinggi, jadinya ia masih kurang bisa mengimbangi pesona Rio Dewanto. Entah kenapa meski perannya di sini sebagai istri yang menderita penyakit parah, namun rasanya kurang bisa mengetuk simpati. Atau karena karakternya di sini yang dibuat judes, sehingga kurang bisa mengambil simpati penonton.
Bagian menarik ketika mereka beradu akting yakni ketika adegan baru dibuka, di mana mereka mengobrol saat bangun pagi dan ketika mereka masih dalam tahap pedekate. Adegan selanjutnya terasa nanggung.
Selama sekitar 90 menitan penonton lebih banyak disuguhi adegan Anggara yang berupaya mengembalikan ingatan istrinya. Karena temponya lambat, agak terasa menjemukan.
Sisi plus film yang dibesut Dyan Sunu Prastowo ini selain performa Rio Dewanto adalah kualitas gambarnya. Film produksi Falcon ini memiliki kualitas gambar yang bagus dan warna yang nyaman di mata. Editingnya juga cukup rapi.
Dari segi pemilihan judul, menurutku judulnya terlalu mirip dengan film yang dibintangi Dian Sastro  dan Lukman Sardi, yakni "7/24". Andaikata diubah, mungkin bisa lebih menarik perhatian.
Oh iya aku menonton film ini tadi siang, Sabtu (19/3) Â secara live bareng komunitas Habis Nonton Film dan Cineverse. Di situ disediakan live chat sehingga sambil menonton, peserta bisa langsung berkomentar.
Film "7-24" menyuguhkan performa Rio Dewanto yang apik namun jalan ceritanya kurang maksimal untuk menjadi sajian yang menarik. Skor: 6.5/10.