Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Drive My Car", Perjuangan Melepas Beban Masa Silam

7 Maret 2022   10:53 Diperbarui: 29 Maret 2022   12:53 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film "Drive My Car" bisa jadi kuda hitam di ajang Piala Oscar 2022. Scene saat Kafuku awalnya gusar karena tak boleh menyetir sendiri. Sumber: Kompas.com

Bukan kali pertama Jepang memiliki wakil Oscar lewat nominasi di kategori Best International Feature Film. Namun yang bikin film " Drive My Car" (Doraibu mai ka) ini undang perhatian, karena ia juga berhasil masuk tiga kategori nominasi Oscar 2022 lainnya, "Best Picture", "Best Adapted Screenplay", dan "Best Director". Apa sih yang bikin film ini menarik?

Film ini memiliki premis tentang Yusuke Kafuku, seorang aktor teater, yang berjuang melepaskan beban masa silamnya. Namun, rasa bersalahnya atas kematian istrinya terus membayang-bayanginya.

Kafuku (Hidetoshi Nishijima) dan Oto (Reika Kirishima) punya hubungan yang unik sebagai suami istri. Keduanya kompak sebagai pekerja seni. Oto sering punya ide cerita yang unik yang diceritakannya malam hari jelang tidur. Namun ia sering melupakannya. Sehingga Kafuku keesokan paginya memberitahukan ceritanya dan ia mencatatnya.

Cerita Oto pernah raih penghargaan dan ia kemudian sukses sebagai penulis skenario drama di sebuah televisi. Sedangkan Kafuku sejak kematian putrinya, lebih menekuni dunia panggung. Ia sedang tertarik untuk bereksperimen dengan pertunjukan drama yang melibatkan multibahasa. Di antaranya bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

Meski terlihat kompak di luar, Kafuku sebenarnya tersiksa batinnya. Ia tahu istrinya memiliki banyak hubungan dengan para aktor drama. Namun ia tak berani menyampaikan keberatannya dan berpura-pura bersikap biasa. Hingga si istri meminta waktu untuk berbicara dengannya dan ia datang terlambat. Istrinya tak pernah lagi sadar. Sejak itu Kafuku seperti terpenjara oleh rasa bersalahnya.

Sebuah Drama dengan Tempo yang Lambat
"Drive My Car" adalah sebuah drama dengan tempo yang lambat. Ibarat naik kendaraan, maka si pengendara sengaja melambatkan laju kendaraannya untuk menikmati perjalanan atau malah ia sebenarnya tak ingin segera tiba di tujuan.

Di sini penonton selama hampir tiga jam disuguhi dengan emosi yang coba disimpan rapat-rapat oleh Kafuku. Di luar pementasan, ia pria yang pendiam dan jarang menunjukkan reaksinya. Namun kemudian ada momen-momen yang membuat emosinya lepas. Sedikit demi sedikit ia bisa menunjukkan emosinya yang coba ditekannya.

Kafuku sendiri adalah tipe pria yang setia dan menjaga betul-betul benda kesayangannya. Mobilnya telah berusia 15 tahun. Mobil merah tersebut dirawatnya dengan baik. Ia sebenarnya enggan untuk disopirin, lebih suka mengendarai mobilnya sendiri.

Film
Film "Drive My Car" bisa jadi kuda hitam di ajang Oscar 2022 (Sumber gambar: imdb.com) 

Oleh karenanya di awal ia nampak gusar ketika institusi yang memperkerjakannya untuk memimpin pertunjukan meminta ia menerima Misaki Watari (Toko Miura) sebagai sopir pribadinya selama beberapa bulan di Hiroshima. Di sinilah selama kurang lebih dua jam ada interaksi yang menarik antara Kafuku dan Watari selama keduanya melakukan perjalanan.

Bagian lainnya yang menarik dari cerita "Drive My Car" adalah pertunjukan itu sendiri. Kafuku kembali bereksperimen dengan pentas drama multibahasanya sebagai sutradara. Tim dramanya ada yang menggunakan dialog berbahasa Mandarin dan juga bahasa isyarat ala Korea. Mereka mementaskan "Uncle Vanya" karya Anton Chekov.

Sama seperti kehidupan Kafuku yang lambat berubah, Kafuku juga membuat para aktor dan aktris berlatih membaca skrip dan menghafal dialog, baru kemudian berlatih gerakan.

Keberagaman dalam film ini ditunjukkan oleh pementasan dengan multibahasa (sumber gambar: IMDb) 
Keberagaman dalam film ini ditunjukkan oleh pementasan dengan multibahasa (sumber gambar: IMDb) 

Film ini memang memiliki tempo yang lambat, selaras dengan sikap Kafuku yang sebenarnya seolah-olah menolak perubahan dan terus terbenani dengan rasa bersalahnya. Perubahan dari sikap dan emosi Kafuku baru berubah setahap demi setahap, apa adanya.

Dari beberapa karakter yang muncul dalam film ini, sosok Hidetoshi Nishijima dan Toko Miura adalah yang paling menyita perhatian.
Hidetoshi Nishijima adalah aktor Jepang yang wajahnya familiar karena ia juga membintangi serial drama kuliner Netflix berjudul "What Did You Eat Yesterday". 

Perannya sebenarnya tak jauh beda dengan perannya di serial drama tersebut yang juga minim ekspresi dan relatif pendiam. Namun di film ini, kerapuhan dan emosinya lebih terlihat, dari mimik wajah, saat ia menarik nafas, sorot mata dan juga nada berbicaranya.

Keduanya asalnya kamu kemudian kekakuan itu mulai mencair (sumber gambar: CNN Indonesia) 
Keduanya asalnya kamu kemudian kekakuan itu mulai mencair (sumber gambar: CNN Indonesia) 

Sedangkan Toko Miura sebagai si driver adalah penyanyi yang dikenal mengisi tembang soundtrack animasi "Weathering With You". Dalam perannya di sini wajahnya nampak lelah dan juga tak begitu menunjukkan emosi. Namun rupanya ia juga punya masa lalu yang berat, dan seperti Kafuku, ia juga menyimpan rasa bersalah.

Kedua orang beda generasi yang sama-sama menyimpan beban masa lalu dipertemukan di sebuah kendaraan, dan mereka melangkah bersama.

Adegan di bagian akhir adalah konklusi yang menarik. Diperkuat dengan gambar-gambar sinematik selama keduanya melakukan perjalanan untuk melepas beban masa silam.

Tak banyak skoring di sini, keheningan pun sering hadir di antara keduanya, atau sering kalinya adalah suara kaset rekaman dialog pementasan.

Kalian bisa menyaksikan film ini di Klik Film. Film ini sudah bisa dinikmati sejak 2 Maret 2022. Oh iya film ini raih piala Golden Globe 2022 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dan penghargaan di ajang Cannes untuk Naskah Skenario Adaptasi Terbaik

Sebuah film drama yang memantik emosi besutan Ryusuke Hamaguchi ("Wife of a Spy", "Asako 1 & 2"). Film ini diadopsi dari cerita pendek berjudul "Men Without Woman" karya Haruki Murakami.

Kehidupan sendiri ibarat melakukan perjalanan, kadang-kadang kita ingin bergerak lambat atau cepat. Skor: 8/10.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun