Penonton mendapatkan sensasi tersendiri, telinga dimanjakan dengan pertunjukan gamelan langsung serta nyanyian sinden. Kemudian mata juga dipertontonkan film, gerakan teatrikal dan tari yang luwes.
Untungnya filmnya hitam putih dan bisu, sehingga penonton tidak bingung untuk memusatkan perhatian, apakah ke film, tarian, atau musiknya.
"Setan Jawa" adalah karya yang artistik. Gambar-gambar dalam film yang ditampilkan hitam putih menonjolkan akting dan mimik para pemain. Heru Purwanto dan Asmara Abigail memerankan dengan apik sosok Setio yang berkubang dalam ritual sesat dan Asih yang berupaya menggunakan sisi sensualitasnya untuk mengalahkan setan.
Tampilan setan di sini mungkin tidak semenyeramkan seperti dalam film-film yang Suzannah. Nuansa dan suasananya yang dieksplor sehingga setan-setan memberikan nuansa mistis yang membuat penonton bergidik. Para pemeran setan ada Bambang Mbesur, Pak Kodok, Anggono Wibowo, dan Quin Dorothea.
Unsur mistis dan sensualitas menyesap setiap adegan dalam film ini. Garin juga menyertakan simbol-simbol dalam film ini seperti tusuk konde.
Pertunjukan ini berlangsung sekitar 80 menitan. Oleh karena "Setan Jawa" menggunakan mixed media art maka film ini dipertontonkan dalam bentuk pertunjukan. Film ini dipertontonkan kali pertama tahun 2017 di Australia, yakni Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts.
Nah, hingga 17 Januari 2022 kalian masih bisa menyaksikannya secara cuma-cuma di YouTube kanal The Japan Foundation Asia Center. Video ini merupakan rekaman pertunjukan tahun 2019 yang berlangsung di Yurakucho Asahi Hall Tokyo. Pertunjukan ini merupakan kerja sama Garin dengan seniman Jepang. Ia menggandeng Yasuhiro Morinaga dan vokalis band Wednesday Campanella bernama KOM_I.
Sebuah pertunjukan eksperimental yang menarik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H