Aku dulu sekitar tahun 2019 hingga awal 2020 aktif di Quora Indonesia. Tapi kemudian pertanyaan yang diajukan semakin banyak dan kewalahan. Akhirnya berhenti dan hanya jadi pembaca.
Yang berikutnya adalah Medium. Ia didirikan oleh Evan Williams Agustus 2012 dan Medium berbahasa Indonesia sepertinya mulai dikenal antara tahun 2018-2019. Platform ini mirip dengan Kompasiana. Gaya bahasanya serius, santai, dan kajiannya mendalam. Oleh karenanya aku berani bilang pesaing Kompasiana dari kualitas konten adalah Medium.
Yang menarik dari Medium, ia tampilannya sederhana. Nyaman untuk membaca di sini. Topik-topik tentang teknologi di sini dikemas enak dibaca dan cukup mendalam. Uniknya, ada beberapa perusahaan yang menjadikan aktivitas menulis di Medium sebagai sarana naik gaji atau naik pangkat. Kalau belum membagikan ilmunya di Medium, maka poin atau syarat untuk naik gaji atau naik pangkatnya belum tercapai. Hehehe itu ide yang menarik.
Oh iya Medium punya keanggotaan premium dengan benefit yang menarik. Jika kubaca (aku belum pernah menulis di sana), penulis yang menjadi anggota premium akan berpotensi mendapatkan pundi-pundi uang dari tulisannya yang terpilih menjadi konten premium.Â
Kesimpulannya...
Kompasiana bebas memilih. Apakah mau bertahan dengan gayanya sekarang, membidik pangsa anak muda dengan konten yang begitu-begitu saja, namun konsekuensinya akan bersaing-saing dengan berdarah-darah. Sungguh melelahkan. Atau bisa memilih strategi berupa blue ocean, menciptakan tren tersendiri dengan tetap mempertahankan keunikannya.
Sebentar lagi Pemilu lho, artikel politik pasti banyak dicari. Jangan salah anak muda juga suka artikel ekonomi dan investasi yang mendalam ala Kompasiana. Artikel tentang kehidupan juga tak sedikit dicari.
Apabila ingin menciptakan tren tersendiri, selain ATM maka juga bisa membaca mengamati interaksi anak muda dengan internet. Gaya gen Z dalam mengakses internet berbeda dengan kelompok usia di atasnya. Ia lebih visual seperti kata Bu Dee Daevenaar di kolom komentar di artikel sebelumnya. Itu memang benar. Gaya visual seperti yang sudah diadopsi di akun Instagram Kompasiana itu sudah sesuai dengan minat anak muda, tapi sayangnya komunikasi tim medsos Kompasiana dengan audience masih belum bagus.
Tentang konten dan gaya interaksi anak muda bisa jadi penelitian oleh divisi Riset Kompasiana sehingga ke depan Kompasiana punya gaya sendiri dan syukur-syukur bisa jadi trendsetter. Bagaimana jika ada konten model komik, meme, atau karikatur? Atau konten-konten infografis?