Bagaimana bila keserakahan dan obsesi berlebihan menguasai pikiranmu? Sebuah kisah yang terinspirasi dari legenda di dunia mode hadir dalam film berjudul "House of Gucci".
Para pecinta mode pasti tak asing dengan brand Gucci. Merk ini populer, termasuk di Indonesia. Rupanya brand ini memiliki sejarah dan kisah yang menarik di baliknya.
Saya sendiri langsung tertarik menyaksikan sneak preview film ini setelah melihat jajaran pemainnya. Rata-rata pemain kelas Oscar, ada yang sudah beberapa kali menang atau yang sudah pernah dinominasikan.
Para pemerannya di antaranya Lady Gaga, Adam Driver, Jared Leto, Al Pacino, Salma Hayek, dan Jeremy Irons. Sedangkan sutradaranya adalah Ridley Scott ("Gladiator", "The Martian", "Alien").
"House of Gucci" bercerita tentang perseteruan antara pewaris kerajaan bisnis Gucci. Dikisahkan Gucci yang didirikan tahun 1921 oleh Guccio Gucci di Florence dikelola oleh dua putranya, Rudolfo Gucci (Jeremy Irons) dan Aldo Gucci (Al Pacino).
Aldo selama ini lebih banyak turun tangan menangani bisnis Gucci hingga bisa melebarkan sayap ke New York. Sedangkan Rudolfo sejak meninggalnya istrinya lebih banyak mengurung diri.
Kedua bersaudara ini masing-masing memiliki putra yang sayangnya sama-sama kurang ahli dalam hal bisnis. Putra Rudolfo, Maurizio Gucci (Adam Driver) adalah sosok yang tenang dan pemalu, lebih tertarik ke dunia pengacara. Sedangkan putra Aldo, Paolo Gucci (Jared Leto) kurang cekatan dan juga kurang berbakat sebagai desainer.
Di awal film, penonton diajak berkenalan dengan sosok Patrizia Reggiani (Lady Gaga). Ia gadis muda yang penuh semangat.
Di sebuah pesta ia berjumpa dengan Maurizio Gucci dan kemudian terang-terangan mengejarnya. Maurizio pun kemudian terpikat nya.
Ayahnya mewanti-wanti putranya untuk tidak menikahi Patrizia. Ia curiga Patrizia mengejar putranya karena kekayaan. Namun nasihat tersebut tak diindahkan oleh Maurizio. Ia tetap memilih menikah dengan Patrizia, meskipun ayahnya mengancamnya untuk mencoretnya dari daftar warisan.
Maurizio kemudian kembali terlibat di bisnis keluarganya setelah pamannya, Aldo, membantunya melakukan rekonsiliasi bersama ayahnya. Sayangnya niat baik Aldo tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Patrizia. Nafsu dan obsesinya kemudian membuatnya merencanakan sesuatu.Â
Sebuah Film yang Penuh Intrik
Film yang terinspirasi dari kisah nyata dan diangkat dari buku berjudul "The House of Gucci: A Sensational Story of Murder, Madness, Glamour, and Greed" karya Sara Gay ini kaya intrik. Seperti menyaksikan film ala-ala "Game of Thrones" di mana tiap karakter bisa jadi punya agenda tersendiri.
Bisa jadi penonton akan geregetan sendiri ketika menyaksikan film ini sambil menerka-nerka siapa sebenarnya pihak yang antagonis sendiri. Karakter favorit bisa jadi malah kemudian bernasib naas, atau sebaliknya.
Kesan dan nuansa dalam film ini terasa dinamis. Di awal penonton akan merasai tone yang riang, namun kemudian menjadi suram di bagian akhirnya.
Film ini memiliki latar tahun akhir tahun 70-an hingga awal tahun 90-an. Kostum-kostumnya pun disesuaikan dengan yang lagi tren pada masa tersebut, di mana salah satunya bisa dilihat dari gaya busana yang digunakan oleh Patrizia.
Oleh karena film ini tentang rumah mode maka penonton akan dimanjakan oleh benda fesyen, dari tas, sabuk, hingga gaun dan baju setelan. Juga ada selebriti Italia Sophia Loren dan tokoh fashion Anna Wintour dan Tom Ford.Â
Namun apabila dibandingkan dengan film "Cruella" yang sama-sama membahas tentang dunia fashion, gaya dan pameran busana di film "Cruella" lebih banyak porsinya dan lebih memanjakan mata daripada film ini.
Namun memang "House of Gucci" bukan hanya tentang fashion, yang utama dibahas di sini adalah dinamika bisnis dan orang-orang yang ada di balik nama Gucci. Intrik dan konflik di antara pewaris Gucci lah yang lebih banyak disorot di film ini.
Cerita tentang Gucci yang berdurasi 2,5 jam ini bisa jadi membosankan bila kualitas pemerannya buruk. Namun di sini ada nama-nama bintang Oscar, dengan penampilan Lady Gaga dan Jared Letto yang mencuri perhatian sepanjang film. Lady Gaga sendiri memiliki darah Italia sehingga ia pas berperan sebagai gadis Italia di sini.
Jared Leto sebagai Paolo benar-benar bertransformasi secara fisik dan tabiat. Sosoknya yang tampan berubah menjadi Paolo yang lebih tambun dan rambutnya botak. Benar-benar susah dikenali jika sosok Paolo ini diperankan Jared Leto.
Sebelumnya Jared Leto juga pernah mengubah fisiknya menjadi Joker yang kurus dan aneh dalam "Suicide Squad" dan menjadi transgender penderita HIV dalam "Dallas Buyers Club". Yang terakhir membuahkannya piala Oscar untuk kategori Best Supporting Actor.
Visual yang apik juga didapatkan dari desain setnya yang detail dan sinematografinya. Musik-musik yang menghiasi film ini juga mudah diingat seusai film berakhir. Ada "Faith"-nya George Michael dan penyanyi yang beken tahun 80-an dan 90-an seperti David Bowie, Donna Summer, Andy Williams, dan Eurythmics.Â
Film ini tayang reguler mulai Rabu, 15 Desember 2021 bersamaan dengan film sekuel "Spider-Man". Film ini bisa jadi kandidat Oscar, sayang dilewatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H