Para pengelola paralayang di Bukit tersebut rata-rata sudah terlatih, beberapa juga sudah punya lisensi. Olahraga ini mulai hadir pada tahun 2013, ketika ada kelompok fotografer yang melakukan paralayang di tempat tersebut.
Kelompok Sembalun Community Development Center (SCDC) kemudian tertarik mempelajarinya. Mereka dilatih oleh Persatuan Gantole dan Paralayang Indonesia Malang yang sudah sukses mengembangkan wisata olahraga ini di Gunung Banyak, Malang.
Kemasyuran Rinjani dan daerah sekelilingnya sayangnya menyisakan problema. Masalah tersebut adalah sampah. Menurut Muji, masalah sampah ini masih menjadi PR bagi SCDC. Bagaimana mereka mendidik wisatawan dan bagaimana memanejemen sampah menjadi tantangan tersendiri.
Bertani, Beternak, dan Bertenun
Di Desa Sembalun rata-rata masyarakatnya menjadi petani dan peternak sapi. Sapinya cokelat dan nampak anggun. Mereka pandai mendaki. Ketika kami menuju Bukit Selong, beberapa sapi juga sudah asyik merumput di bukit sebelah.
Warganya suka bertanam bawang putih di rumah-rumah mereka. Di sini juga ada varietas lokal beras merah. Oh iya juga ada wisata petik stroberi di sini.
Selain bersawah, juga ada pusat kerajinan tenun yang dikelola belasan warga desa. Kerajinan Tenun Lebak Lauk, misalnya.
Di sini penenun masih suka menggunakan alat tenun tradisional.
Motifnya di antaranya motif gunung Rinjani, burung, dan motif londong. Bertenun di sini bisa bermakna melestarikan kebudayaan, juga wujud pengabdian istri kepada suami.