Ada tujuh rumah di dusun ini. Rumah-rumahnya terbuat dari bambu, kayu, dan ilalang, dengan lantai dari tanah bercampur kotoran sapi seperti umumnya rumah adat Lombok.
Rumah ini sekarang tak ditinggali setelah terjadi bencana alam. Rumah-rumahnya akan direnovasi. Pemiliknya kemudian tinggal di rumah yang tak jauh dari rumah adat ini.
Kami diajak masuk ke salah satu rumah. Ada dua bagian di dalam rumah. Bagian pertama untuk menjamu tamu dan tidur. Sisi satunya untuk menaruh hasil panen, benda berharga, dan peralatan.
Di dusun tersebut juga ada lumbung untuk menyimpan hasil panen. Bentuknya dirancang sedemikian rupa agar tikus tak menghampiri.
Muji bercerita nenek moyang mereka mewariskan tiga hal ke mereka. Yakni agama, beras, dan perkakas besi.
Kami kemudian mendaki Bukit Selong yang berada di bagian belakang dusun. Ada banyak tanaman bambu yang salah satunya digunakan untuk menjaga air.
Sudah ada anak tangga menuju Bukit Selong. Pengunjung jadi dimudahkan menuju puncak bukit. Trekking sore yang asyik
Panorama di Bukit Selong sungguh memanjakan mata. Sawah terhampar rapi, kemudian juga ada panorama, bebukitan dan Rinjani (yang sayangnya sedang tak nampak karena mendung dan kabut), plus udara segar. Hati-hati ada 'ranjau' karena si sapi juga suka menikmati panorama di sini.
Sembalun dikelilingi bebukitan yang juga memiliki panorama menawan. Ada Bukit Anak Dara, Bukit Lawang, Bukit Telaga, Bukit Pengasingan. Di Bukit Pergasingan dan Bukit Lawang, biasanya wisatawan tertarik akan olahraga paralayang. Mereka bisa tandem atau melakukannya sendirian.