Aku beberapa kali berhenti mengambil nafas. Anak tangga begitu banyak, yang membuat ngos-ngosan apabila anak tangganya tinggi atau lumayan lebar.
Tiga kali berhenti, akhirnya sampai juga di anak tangga tertinggi. Di dekat warung, aku pun berhenti untuk minum. Duuuh lumayan banget.Â
Terakhir kali ke air terjun tahun lalu di kawasan Gunung Bunder, tapi rata-rata anak tangganya tak sebanyak ini. Hahaha bener-bener olahraga deh.
Tak apa-apa, sebanding dengan panoramanya yang indah.
Air Terjun Benang Stokel Lebih Landai
Stokel menurut bahasa setempat maknanya seikat benang. Memang sih penampilannya seperti benang seikat, berbeda dengan air terjun Benang Kelambu. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter.
Dibandingkan air terjun Benang Kelambu, menuju Air Terjun Benang Stokel relatif lebih santai. Jalanannya menurun tapi landai. Anak tangganya juga tak begitu banyak.Â
Sekitar 15 menitan kami sudah sampai di air terjun. Ada banyak vegetasi hijau yang membuat mata terasa segar.
Mas Sapri, yang menemaniku bekerja sebagai pemandu. Ia juga sering memandu wisatawan yang naik ke Rinjani. Alhasil langkahnya ringan dan lincah.
Air terjun tak kalah menawan. Ia memiliki dua air terjun alias air terjun kembar. Di sini sudah disediakan beberapa tempat untuk beristirahat. Hanya toiletnya nampak seram alias nampak tak terawat.
Wah leganya sudah bisa menyesapi dua air terjun.