Sedangkan di Museum Dirgantara Yogya saya bisa puas melihat sejarah dan koleksi dirgantara. Di sana juga ada monumen untuk menghargai tiga serangkai Abdul Rachman Saleh, Adisucipto, dan Adisumarmo yang pesawatnya ditebak jatuh meski mereka terbang dengan pesawat sipil untuk mengangkut obat-obatan.
Alhasil ketika film ini tayang, saya merasa antusias menontonnya. Dan saya tidak kecewa, melainkan puas menyaksikannya.
Kejutan Saat Nonton
Pada saat datang ke bioskop di Cijantung malam hari saya heran lobinya penuh. Tak sedikit yang menggunakan kaus dengan tulisan asal skuadron. Ada juga yang menggunakan kaus dengan tulisan Kadet. Mereka membawa keluarganya juga. Ooh rupanya ada nobar yang diadakan oleh AURI dipimpin Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto yang sekarang menjabat sebagai Kepala Pusat Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara.
Pak Fajar bercerita apabila para pemeran dilatih secara khusus di Kopaskhas TNI AU. Mereka berlatih intensif selama dua minggu, latihan fisik dan latihan menembak, juga diajarkan unsur kedirgantaraan. Setiap hari mereka dibangunkan pagi, latihan push up dan lain-lain.
Alhasil satu studio penuh. Saat film berakhir, penonton pun bertepuk tangan.
Lalu ada kejutan. Sutradara dan beberapa pemeran film datang, termasuk pemeran Kapoet dan Sigit alias Fajar dan Bisma. Mereka bercerita tentang kesan selama syuting dan harapan tentang film ini. Wah penonton pun mengantri berfoto. Banyak ibu yang memilih berfoto bersama Kapoet. Kapoet mendadak jadi idola ibu-ibu hahaha.
Filmnya seru, sarat ilmu, dan bisa membuat penonton terharu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI