Â
"Hari ini atau tidak sama sekali..."
Dalam upayanya mempertahankan kemerdekaan, prajurit Indonesia juga berjuang lewat udara. Para prajurit bersama kadet AURI berjuang mati-matian mempertahankan Pangkalan Udara Maguwo di Yogyakarta. Bagian dari kisah Palagan Maguwo ini diboyong ke layar lebar dalam film berjudul "Kadet 1947".
Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Tokoh-tokoh utamanya sebagian besar adalah sosok nyata, bahkan disebut-sebut di buku sejarah. Mereka di antaranya adalah Abdulrachman Saleh, Adisumarmo, Adisutjipto, dan Halim Perdanakusuma. Di sini juga ditampilkan Presiden Soekarno dan Jenderal Soedirman.
Film ini menceritakan empat sahabat yang masih kadet alias belum lulus sebagai penerbang. Keempatnya adalah Bambang Saptoadji (Marthino Lio), Sutardjo Sigit (Bisma Karisma alias Bisma SMASH), Suharnoko Harbani (Omara Esteghlal), dan Mulyono (Kevin Julio).
Dikisahkan Belanda mengkhianati perjanjian dan meluncurkan Agresi Militer Belanda I. Pangkalan udara dengan pesawatnya menjadi sasaran mereka. Oleh karenanya pesawat yang ada di Pangkalan Udara Maguwo disembunyikan ke hutan. Yang ada di sekitaran Maguwo adakah pesawat replika yang terbuat dari bambu dan dibuat oleh para kadet.
Adji merasa bosan setiap hari membuat replika. Ia ingin menerbangkan pesawat dan melakukan serangan. Pesawat pembom Diponegoro yang disimpan di tempat khusus mengalami kerusakan. Sigit yang yakin pernah menjumpai pesawat serupa kemudian ikut bersama Adji mencari bangkai pesawat tersebut. Keduanya ditemani teknisi untuk menjaga dan membongkar bangkai pesawat.
Rencana mereka tidak disetujui oleh Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto (Andri Mashadi) sebagai penanggung jawab Maguwo karena melewati garis demarkasi. Namun Adji dan Sigit nekat.
Terinspirasi dari Kisah Nyata
Sudah lama saya tidak menyaksikan film perjuangan di bioskop. Ada "The East" tapi sudut pandangnya lebih ke pasukan Belanda. Seingat saya terakhir nonton "Perburuan" dan "Bumi Manusia" di bioskop tahun 2019 dan film tentang Sultan Agung di platform OTT.Â
Saya dan teman-teman KOMiK juga baru saja selesai menulis buku tentang film perjuangan. Alhasil film "Kadet 1947" ini memberikan jawaban akan kerinduan saya akan film bernafaskan perjuangan.
Film ini bukan film dokumenter. Jadi meski tokoh-tokohnya sebagian besar nyata, tapi tetap ada bagian yang fiktif dan didramatisasi. Pastinya sudah disetujui oleh pihak AURI karena film rilisan Temata Studio, Legacy Pictures, dan Screnplay Films ini juga bekerja sama dengan Angkatan Udara RI.
Tokoh nyatanya banyak. Seperti yang saya sebutkan, ada Presiden Soekarno yang kembali diperankan Ario Bayu, KSAU Soerjadi Soerjadarma yang diperankan Mike Lucock, dan Jenderal Soedirman oleh Indra Pacique. Empat tokoh besar AURI yang namanya disematkan menjadi nama bandara juga ada.Â
Ada Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto alias Tjip (Andri Mashadi), Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh alias Karbol (Ramadhan Al Rasyid), Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo (hanya disebut) Â dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma (Ibnu Jamil) yang saat itu menjadi Wakil Kepala Staf Bagian Operasi.
Keempat kadet tersebut juga sosok nyata. Nama-nama dan aksi mereka juga muncul di dalam buku berjudul "Palagan Maguwo" karya Dede Nasrudin dan Wawan K. Joehanda yang dirilis tahun 2018.
Meski tak dimuat di buku tersebut, rekan teknisi para kadet juga merupakan tokoh nyata jika melihat dari bagian akhir film. Mereka adalah Kapoet (Fajar Nugra), Dul (Chicco Kurniawan), dan Tardjo (Wafda Saifan).
Film ini memiliki alur cerita yang menarik di mana bisa memberikan wawasan ke penonton tentang peristiwa yang merupakan bagian dari Palagan Maguwo dan perjuangan bangsa Indonesia secara umum dalam mempertahankan kemerdekaan. Film ini bisa ditonton anak-anak hingga kaum dewasa.
Visual film yang dibesut dua sutradara Rabani Mandra dan Aldo Swastia juga menawan. Gambar-gambarnya terasa hidup, beberapa bagian seperti memberikan efek seperti dalam film tiga dimensi. Alhasil film ini tak hanya menyentil dari sisi laga, namun juga visualisasinya yang digarap dengan apik.
Akting para pemainnya juga enak dinikmati. Ario Bayu sebagai Soekarno lagi-lagi mencuri perhatian meski hanya tampil sekilas, demikian juga dengan Mike Lucock dan Ibnu Jamil sebagai Soerjadi Soeryadarma dan Halim Perdanakusuma.
Dari para kadet, Marthino Lio yang menjadi pusat perhatian. Tahun ini adalah tahunnya Marthino, ia mendapat banyak porsi pemeran utama dalam film yang dirilis sepanjang tahun 2021. Namun Bisma, Kevin, dan Omara juga tak buruk. Bahkan pemeran Kapoet, Fajar dan Wafda juga menarik perhatian.
Memang ada bagian terutama bagian percintaan antara Sigit dan Asih yang agak didramatisir. Tapi tidak apa-apalah, mungkin hanya sebagai bumbu.
Dan seperti film perjuangan lainnya, bersiap-siaplah terharu. Adegan-adegan ketika lagu "Padamu Negeri" dinyanyikan adalah bagian yang paling menyentil".
Ingat Pengalaman ke Museum Ambarawa dan Museum Dirgantara Yogyakarta
Selain memiliki buku "Palagan Maguwo", saya juga pernah bertandang ke Museum Ambarawa dan Museum Dirgantara yang ada di Yigya. Di Museum Ambarawa saya melihat pesawat Mustang Cocor Merah milik Belanda yang ditakuti dan akhirnya bisa ditembak jatuh.
Sedangkan di Museum Dirgantara Yogya saya bisa puas melihat sejarah dan koleksi dirgantara. Di sana juga ada monumen untuk menghargai tiga serangkai Abdul Rachman Saleh, Adisucipto, dan Adisumarmo yang pesawatnya ditebak jatuh meski mereka terbang dengan pesawat sipil untuk mengangkut obat-obatan.
Alhasil ketika film ini tayang, saya merasa antusias menontonnya. Dan saya tidak kecewa, melainkan puas menyaksikannya.
Kejutan Saat Nonton
Pada saat datang ke bioskop di Cijantung malam hari saya heran lobinya penuh. Tak sedikit yang menggunakan kaus dengan tulisan asal skuadron. Ada juga yang menggunakan kaus dengan tulisan Kadet. Mereka membawa keluarganya juga. Ooh rupanya ada nobar yang diadakan oleh AURI dipimpin Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto yang sekarang menjabat sebagai Kepala Pusat Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara.
Pak Fajar bercerita apabila para pemeran dilatih secara khusus di Kopaskhas TNI AU. Mereka berlatih intensif selama dua minggu, latihan fisik dan latihan menembak, juga diajarkan unsur kedirgantaraan. Setiap hari mereka dibangunkan pagi, latihan push up dan lain-lain.
Alhasil satu studio penuh. Saat film berakhir, penonton pun bertepuk tangan.
Lalu ada kejutan. Sutradara dan beberapa pemeran film datang, termasuk pemeran Kapoet dan Sigit alias Fajar dan Bisma. Mereka bercerita tentang kesan selama syuting dan harapan tentang film ini. Wah penonton pun mengantri berfoto. Banyak ibu yang memilih berfoto bersama Kapoet. Kapoet mendadak jadi idola ibu-ibu hahaha.
Filmnya seru, sarat ilmu, dan bisa membuat penonton terharu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI