Tokoh nyatanya banyak. Seperti yang saya sebutkan, ada Presiden Soekarno yang kembali diperankan Ario Bayu, KSAU Soerjadi Soerjadarma yang diperankan Mike Lucock, dan Jenderal Soedirman oleh Indra Pacique. Empat tokoh besar AURI yang namanya disematkan menjadi nama bandara juga ada.Â
Ada Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto alias Tjip (Andri Mashadi), Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh alias Karbol (Ramadhan Al Rasyid), Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo (hanya disebut) Â dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma (Ibnu Jamil) yang saat itu menjadi Wakil Kepala Staf Bagian Operasi.
Keempat kadet tersebut juga sosok nyata. Nama-nama dan aksi mereka juga muncul di dalam buku berjudul "Palagan Maguwo" karya Dede Nasrudin dan Wawan K. Joehanda yang dirilis tahun 2018.
Meski tak dimuat di buku tersebut, rekan teknisi para kadet juga merupakan tokoh nyata jika melihat dari bagian akhir film. Mereka adalah Kapoet (Fajar Nugra), Dul (Chicco Kurniawan), dan Tardjo (Wafda Saifan).
Film ini memiliki alur cerita yang menarik di mana bisa memberikan wawasan ke penonton tentang peristiwa yang merupakan bagian dari Palagan Maguwo dan perjuangan bangsa Indonesia secara umum dalam mempertahankan kemerdekaan. Film ini bisa ditonton anak-anak hingga kaum dewasa.
Visual film yang dibesut dua sutradara Rabani Mandra dan Aldo Swastia juga menawan. Gambar-gambarnya terasa hidup, beberapa bagian seperti memberikan efek seperti dalam film tiga dimensi. Alhasil film ini tak hanya menyentil dari sisi laga, namun juga visualisasinya yang digarap dengan apik.
Akting para pemainnya juga enak dinikmati. Ario Bayu sebagai Soekarno lagi-lagi mencuri perhatian meski hanya tampil sekilas, demikian juga dengan Mike Lucock dan Ibnu Jamil sebagai Soerjadi Soeryadarma dan Halim Perdanakusuma.
Dari para kadet, Marthino Lio yang menjadi pusat perhatian. Tahun ini adalah tahunnya Marthino, ia mendapat banyak porsi pemeran utama dalam film yang dirilis sepanjang tahun 2021. Namun Bisma, Kevin, dan Omara juga tak buruk. Bahkan pemeran Kapoet, Fajar dan Wafda juga menarik perhatian.
Memang ada bagian terutama bagian percintaan antara Sigit dan Asih yang agak didramatisir. Tapi tidak apa-apalah, mungkin hanya sebagai bumbu.
Dan seperti film perjuangan lainnya, bersiap-siaplah terharu. Adegan-adegan ketika lagu "Padamu Negeri" dinyanyikan adalah bagian yang paling menyentil".
Ingat Pengalaman ke Museum Ambarawa dan Museum Dirgantara Yogyakarta
Selain memiliki buku "Palagan Maguwo", saya juga pernah bertandang ke Museum Ambarawa dan Museum Dirgantara yang ada di Yigya. Di Museum Ambarawa saya melihat pesawat Mustang Cocor Merah milik Belanda yang ditakuti dan akhirnya bisa ditembak jatuh.