Fokus cerita memang ke hubungan Dinda bersama Pram. Alhasil porsi Kale di sini hanya kecil, demikian juga dengan band Ara yang dimanajeri oleh Dinda.
Nah inilah yang menurut saya jadi sumber kekuatan dan kelemahan spin-off ini. Kekuatannya, ya penonton mendapatkan porsi yang cukup tentang perkembangan hubungan Dinda dan Pram. Kelemahannya, tontonannya terasa datar dan menjemukan.
Topik yang dibahas Dinda lagi-lagi tetap sama. Kale yang toksik, Kale yang egois  Kale yang suka menelpon dan sebagainya.
Dari sisi Pram memang ada informasi yang berbeda yang disampaikan. Tapi dialognya juga monoton dan berulang. Seperti "Semua masalah bisa diselesaikan" dan "Semua masalah ada solusinya".
Hingga akhir film, sebenarnya ada tiga hal yang bisa diambil kesimpulan, Kale lebih toksik, Dinda yang sebenarnya toksik, atau keduanya. Oleh karena hubungan juga melibatkan dua orang.
Ceritanya cenderung datar dan menjemukan, meski durasinya tak sampai satu jam. Pesona dalam film ini adalah Abimana Aryasatya sebagai Pram. Sejak penampilannya di film "Belenggu", kualitas akting Abimana memang terasah dan makin matang. Ia cocok memerankan pria-pria yang dewasa dan matang.
Visual dari film produksi Visinema Pictures juga jarang mengecewakan. Gambar-gambarnya indah dan palet warnanya juga nyaman di mata.
Pesan dalam film ini adalah meninggalkan hubungan toksik dan keberanian untuk memyampaikan suara. Namun tentunya cari jalan keluarnya juga jangan dengan cara berselingkuh.
Setelah Dinda dan Kale, entah siapa lagi yang akan dibuatkan spin-off alias sempalan kisahnya dari karakter NKCTHI. Kalau saya sih, paling suka dengan karakter Aurora si anak tengah yang kalem dan seolah-olah kurang diperhatikan.Â
Tapi rasanya agak berlebihan juga apabila semua karakter dalam NKCTHI dibuatkan film tersendiri. Mending Visinema bikin film dengan cerita yang benar-benar baru.