Andaikata ada banyak lapangan pekerjaan dengan gaji layak, tentu tak beredar kisah-kisah seperti ini. Mereka bertahan dengan pendapatan kecil karena keadaan dan kebutuhan.
Kembali ke pendapatan seorang kurir pengantar barang. Di tulisan tersebut si jurnalis selama dua minggu mencoba pekerjaan sebagai kurir dan kelelahan. Ia bercerita bila berhasil mengantar 40 barang dalam sehari maka bisa mendapatkan sekitar Rp 115 ribu.
 Jika kurang satu saja barang yang tak berhasil diantar maka nilainya jauh dari itu, karena jumlah tersebut sudah termasuk bonus.
Angka Rp 115 ribu apabila dikalikan dengan 22 hari kerja tak Rp 3 juta. Baru sekitar Rp 2,5 juta, tidak sampai 60 persen dari UMR Jakarta yang mencapai Rp 4,4 juta. Padahal untuk mendapatkan Rp 115 ribu/hari ada tenaga besar yang harus dikeluarkan.
Masih banyak pekerjaan lainnya yang gajinya masih di bawah UMR.
Andaikata pekerjaan tersebut di bawah perusahaan besar, rasanya pemerintah perlu ikut turun tangan agar pekerja tersebut mendapatkan penghasilan yang sepadan dan layak.Â
Namun mungkin agak sulit apabila tempat mereka bekerja baru sebatas usaha mikro yang baru merintis atau juga usahanya kembang kempis selama pandemi ini.
Mereka yang bergaji di bawah UMR akan berupaya ekstra keras untuk bertahan kota besar. Semoga ada upaya dari pemerintah dan lingkungan tempat ia tinggal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Semoga kerja keras mereka juga lebih dihargai.
Mereka bukan orang malas. Mereka adalah orang-orang yang pantang menyerah dan pekerja keras, tinggal menunggu dewi fortuna dan perhatian dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H