Sambil menunggu matahari terbit, kami habiskan waktu menikmati panorama Danau Toba di dermaga kecil yang biasanya ada di penginapan. Rasanya menakjubkan menyambut pagi di tepi Danau Toba. Dramatis.
Ketika langit sudah mulai terang, kami disambut pemandangan warga yang mengelola tambak ikan. Ada juga yang menangkap ikan dengan jaring dan alat tradisional.
Dengan menyewa motor, kami berkeliling Pulau Samosir. Kami sarapan dengan ikan kecil-kecil yang digoreng gurih dengan sambal. Ada yang memberitahukan namanya ikan pora-pora, tapi ada juga yang menyebutnya ikan bilih. Di sini saya juga baru tahu bumbu rahasia khas masyarakat Batak. Andaliman, namanya. Ia seperti lada, namun rasa dan nuansa yang diberikan berbeda.
Tapi sebenarnya rasa andaliman baru benar-benar kurasai malah di Jakarta. Saat itu ada chef yang menggunakan andaliman jadi bumbu utama memasak kepiting. Kepiting masak andaliman. Aku terkejut dengan rasa dan sensasinya. Andaliman memberikan sentuhan rasa seperti membuat lidah terasa kelu.
Pada hari pertama, kami puaskan diri melihat warisan budaya Toba yang tersebar di Pulau Samosir. Ada rumah khas Samosir, rumah bolon. Di desa adat yang bernama Kampung Huta Siallagan di Desa Ambarita kami menjumpai deretan rumah bolon yang bisa dilihat isinya oleh wisatawan. Di situ terdapat sebuah tempat pemasungan dan meja persidangan. Rupanya jika ada warga desa yang bersalah, maka bisa dijatuhi hukuman dari dipasung hingga dipancung.
Hari kedua baru kami menuju pusat budaya dan sejarah di Desa Tomok, dari makam raja-raja kuno pertunjukan Sigale-gale, peninggalan zaman Megalitikum, hingga Museum Batak Tomok.
Pada hari terakhir kami pun baik feri dan kembali ke Medan lewat Parapat. Rasanya komplet, tiba di daratan dari Tele dan kembali melalui lautan menuju Parapat. Namun rupanya waktu tiga hari dua malam tak cukup. Masih banyak tempat-tempat yang belum kami kunjungi, seperti danau dan air terjun di Samosir.
Semua kenangan itu masih terekam hingga kini. Namun kenangan satu orang akan bisa hilang. Budaya juga bisa berangsur memudar bila tak dirawat dan dikristalkan dalam berbagai rupa.
Warisan Toba Bukan Hanya untuk Indonesia Melainkan Juga Dunia
Saya percaya warisan Toba alias Heritage of Toba bukan hanya tentang masyarakat Samosir dan Indonesia, namun juga merupakan warisan dunia. Selain itu Danau Toba bukan hanya tentang keindahan panorama dan warisan budayanya, ia punya potensi lebih dari itu. Ia memiliki potensi berkaitan dengan sejarah peradaban manusia dan juga tentang iklim dunia. Ia juga bisa melahirkan penelitian multidisiplin tentang bagaimana Danau Toba juga bermanfaat bagi Indonesia dan dunia.