"Warisan Toba bukan hanya untuk Indonesia melainkan juga dunia"
Danau Toba merupakan danau yang terbentuk dari letusan gunung purba, Gunung Toba. Kaldera ini sudah hadir sejak 74 ribu tahun silam. Ketika gunung api purba ini meletus, erupsinya disebut-sebut salah satu erupsi terdahsyat, yang mempengaruhi peradaban manusia dan iklim dunia. Selama ribuan tahun Danau Toba ikut membentuk dan menciptakan budaya dan peradaban yang khas bagi masyarakat yang berada di sekeliling Danau Toba.
Saya masih ingat sekian tahun silam, sekitar tahun 2013, saya bersama pasangan dan dua orang traveler yang kami jumpai di Medan, bersama-sama menjelajahi Danau Toba dari berbagai sisi. Kami ingin tahu bagaimana Danau Toba dari berbagai perspektif. Ternyata luar biasa, ia pas disebut sebagai salah satu Wonderful Indonesia.
Yang pertama kami nikmati adalah panorama Danau Toba dari ketinggian, yakni di atas Air Terjun Sipiso-piso. Di sana Danau Toba nampak begitu biru dikelilingi bukit-bukit yang hijau, membuat mata terasa sejuk.
Kemudian kami putuskan untuk menuju Danau Toba dari sisi berbeda, bukan dari Parapat, namun sisi sebaliknya. Yaitu dari Tele. Ketika kami tiba di Tele, kami menjumpai sisi berbeda dari Danau Toba.
Saat itu sudah sore menjelang petang. Langit agak mendung. Namun panorama dari Menara Pandang Tele dengan latar hutan dan pegunungan membuat kami merasa takjub. Danau Toba begitu luasnya. Inilah yang membuat ia disebut danau vulkanis terluas di dunia.
Begitu luasnya, membuat kami terasa sangat kecil dibandingkan Danau Toba. Danau ini memiliki panjang sekitar 100 kilometer, dengan lebar 30 kilometer dan bagian terdalam mencapai 500 kilometer.
Lalu fakta kami tak harus naik kapal dari daerah Tele menuju Pulau Samosir membuat kami takjub. Rupanya ada bagian dari Pulau Samosir yang tersambung ke daratan Sumatera Utara, ini baru kami ketahui di perjalanan.
Selama tiga hari dua malam di Pulau Samosir, kami menjumpai banyak hal yang menarik dari budaya Toba yang dilestarikan oleh masyarakat Batak Samosir.
Sambil menunggu matahari terbit, kami habiskan waktu menikmati panorama Danau Toba di dermaga kecil yang biasanya ada di penginapan. Rasanya menakjubkan menyambut pagi di tepi Danau Toba. Dramatis.
Ketika langit sudah mulai terang, kami disambut pemandangan warga yang mengelola tambak ikan. Ada juga yang menangkap ikan dengan jaring dan alat tradisional.
Dengan menyewa motor, kami berkeliling Pulau Samosir. Kami sarapan dengan ikan kecil-kecil yang digoreng gurih dengan sambal. Ada yang memberitahukan namanya ikan pora-pora, tapi ada juga yang menyebutnya ikan bilih. Di sini saya juga baru tahu bumbu rahasia khas masyarakat Batak. Andaliman, namanya. Ia seperti lada, namun rasa dan nuansa yang diberikan berbeda.
Tapi sebenarnya rasa andaliman baru benar-benar kurasai malah di Jakarta. Saat itu ada chef yang menggunakan andaliman jadi bumbu utama memasak kepiting. Kepiting masak andaliman. Aku terkejut dengan rasa dan sensasinya. Andaliman memberikan sentuhan rasa seperti membuat lidah terasa kelu.
Pada hari pertama, kami puaskan diri melihat warisan budaya Toba yang tersebar di Pulau Samosir. Ada rumah khas Samosir, rumah bolon. Di desa adat yang bernama Kampung Huta Siallagan di Desa Ambarita kami menjumpai deretan rumah bolon yang bisa dilihat isinya oleh wisatawan. Di situ terdapat sebuah tempat pemasungan dan meja persidangan. Rupanya jika ada warga desa yang bersalah, maka bisa dijatuhi hukuman dari dipasung hingga dipancung.
Hari kedua baru kami menuju pusat budaya dan sejarah di Desa Tomok, dari makam raja-raja kuno pertunjukan Sigale-gale, peninggalan zaman Megalitikum, hingga Museum Batak Tomok.
Pada hari terakhir kami pun baik feri dan kembali ke Medan lewat Parapat. Rasanya komplet, tiba di daratan dari Tele dan kembali melalui lautan menuju Parapat. Namun rupanya waktu tiga hari dua malam tak cukup. Masih banyak tempat-tempat yang belum kami kunjungi, seperti danau dan air terjun di Samosir.
Semua kenangan itu masih terekam hingga kini. Namun kenangan satu orang akan bisa hilang. Budaya juga bisa berangsur memudar bila tak dirawat dan dikristalkan dalam berbagai rupa.
Warisan Toba Bukan Hanya untuk Indonesia Melainkan Juga Dunia
Saya percaya warisan Toba alias Heritage of Toba bukan hanya tentang masyarakat Samosir dan Indonesia, namun juga merupakan warisan dunia. Selain itu Danau Toba bukan hanya tentang keindahan panorama dan warisan budayanya, ia punya potensi lebih dari itu. Ia memiliki potensi berkaitan dengan sejarah peradaban manusia dan juga tentang iklim dunia. Ia juga bisa melahirkan penelitian multidisiplin tentang bagaimana Danau Toba juga bermanfaat bagi Indonesia dan dunia.
Ya, ada banyak hal yang bisa dikulik dan dibagikan dari Danau Toba. Oleh karenanya tak heran apabila Danau Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO pada bulan Juli 2020. Dengan demikian Indonesia dapat mengembangkan Danau Toba sebagai kawasan ekowisata yang berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal dengan tetap menjaga kelestarian alam. Di sini ada pusat keragaman hayati dan juga warisan tradisi. Â
Oleh karenanya penunjukkan pemerintah untuk Danau Toba sebagai 10 Bali baru dan Destinasi Super Prioritas (DSP) Toba rasanya sudah pas. Dengan demikian bukan hanya Bali yang dikenal sebagai obyek wisata di Indonesia. Masyarajat dunia juga akan tahu bahwa Danau Toba adalah salah satu sumber peradaban dunia. Ia juga punya cerita menarik seperti Krakatau, Tambora juga Gunung Vesuvius 79 di Italia.
Gagasan untuk Mengembangkan Pariwisata Toba
Ya, tak cukup hanya dengan menggelar Festival Budaya Toba untuk merawat dan memelihara warisan Toba untuk dunia. Merawat warisan Toba di sini juga harus memerhatikan banyak sisi, dengan mengutamakan pemberdayaan masyarakat lokal, melestarikan lingkungan, berkelanjutan, dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak.
Gagasan pertama adalah mengadakan lomba, baik lomba penulisan seperti yang diadakan oleh Kompasiana maupun lomba video yang diikuti masyarakat umum, termasuk para pelajar. Dengan adanya lomba tersebut, masyarakat tentunya mencari referensi dan informasi sebelum membuat karya tulis dan karya video. Tulisan dan video yang menarik dan lengkap bisa menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegarauntuk menjadikan Danau Toba sebagai salah satu destinasinya.
Gagasan kedua adalah membukukan. Buku adalah sebuah pustaka yang abadi. Ia bisa diwariskan. Sehingga membuat buku tentang semua hal tentang Toba, baik tradisi maupun kekayaan kulinernya akan menjadi sebuah harta dan warisan yang berharga bagi generasi mendatang. Â
Membentuk pusat dan sanggar seni seni adalah ide berikutnya. Tari Tor-tor, pertunjukan Sigale-gale, Â juga musik tradisional Gondang Batak dan ukiran Gorga adalah sesuatu yang sangat lekat dengan masyarakat Batak di Samosir. Sehingga patut dilestarikan dengan mengajak generasi muda dan mereka yang tertarik untuk belajar. Siapa lagi yang akan mewariskan kesenian ini jika bukan warga Indonesia sendiri. Sanggar seni juga bisa dilakukan secara virtual, sehingga mereka yang tinggal di Jawa juga bisa belajar tentang tari-tarian dan kesenian khas di kalangan masyarakat Toba.
Berikutnya adalah penelitian, simposium, dan konferensi. Ya, akademisi dan peneliti dari berbagai negara juga perlu dilibatkan dalam mengembangkan ekowisata, pemberdayaan ekonomi lokal, juga penelitian berkaitan dengan warisan tradisinya. Apalagi di sekitaran Danau Toba ada berbagai jenis tanaman endemik yang tak ada di tempat lain. Andaliman, misalnya. Ia salah satu rempah-rempah yang khas Sumatera Utara. Haminjon (Styrax paralleloneurum) alias kemenyan adalah tanaman yang khas di sana. Dulu tanaman ini harganya bisa melebihi emas. Dengan demikian konsep meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE)  di Indonesia Aja juga bisa berjalan lancar.
Berikutnya adalah tur dengan guide yang profesional. Guide ini dilatih agar mampu untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan memiliki wawasan yang cukup tentang budaya dan obyek wisata di Danau Toba. Tur wisata ini juga bisa dilakukan secara virtual sehingga masyarakat yang tidak bisa bepergian bisa merasai pengalaman seperti di sana.
Gagasan berikutnya adalah tentang jelajah kuliner Toba. Arsik dengan ikan mas adalah salah satu masakan yang terkenal. Dengan bumbu andaliman tentunya juga banyak olahan masakan yang bisa dihasilkan. Pemerintah daerah bisa mengundang chef terkenal seperti Chef Gordon Ramsay untuk belajar memasak dan membuat masakan unik di sana. Sehingga akan banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk mengenal Toba dan bumbu rahasianya.
Ide berikutnya adalah berkaitan dengan kultur pop, seperti video game, buku fiksi, dan film. Â Bukan sebuah rahasia bila banyak obyek wisata yang populer karena muncul di video game, buku fiksi, maupun film. Misalnya Gunung Semeru yang populer berkat film "5 cm". Belitung yang juga populer karena film dan buku "Laskar Pelangi". Di Indonesia buku fiksi berlatar Toba masih jarang. Yang saya ingat ada buku Dewi Lestari berjudul "Gelombang" yang sedikit membahas tentang mistis dan tradisi Batak.
Di Indonesia Danau Toba pernah hadir dalam film seperti "Toba Dream" dan "Pariban: Idola dari Tanah Jawa". Film "King Kong" sebenarnya juga mengambil spot di sekitaran Toba untuk lokasi syuting, namun sayangnya berita ini kurang terekspos. Ke depan siapa tahu ada juga sineas Hollywood yang tertarik membuat film di Danau Toba.
Bagaimana dengan video game atau permainan aplikasi mobile tentang Danau Toba? Sepertinya ini belum ada, siapa tahu ada pengembang game yang tertarik membuat game berkaitan dengan Danau Toba, bisa berkaitan dengan legenda, kekayaan budayanya, juga berkaitan dengan pengetahuan tentang Danau Toba.
Danau Toba itu sungguh indah. Sudah waktunya dunia lebih banyak tahu tentang Danau Toba, karena ia juga memberikan banyak perubahan bagi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H