Bila mendengar nama Djuanda, aku langsung teringat dengan Deklarasi Juanda, sebuah deklarasi yang sangat penting bagi posisi Indonesia. Saat itu Djuanda menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia. Namun rupanya, H. Djuanda bukan hanya berperan dalam diplomasi internasional, melainkan juga sangat besar kontribusinya di dunia transportasi Indonesia. Khususnya, perkeretaapian.
Tidak, artikel ini tidak membahas tentang Stasiun Juanda. Meski memang nama stasiun yang terletak di daerah Juanda, Jakarta Pusat ini untuk mengabadikan nama pahlawan yang memiliki nama lengkap dan gelar Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja.
Pria kelahiran Tasikmalaya, 14 Januari 1911 ini bukan hanya seorang pahlawan dalam memperjuangan posisi  Indonesia di mata internasional. Namun, ia juga memberikan pengaruh penting dalam sejarah perkeretapian di Indonesia.
Berdasarkan arsip nasional dan beberapa referensi yang kutulis di catatan kaki, H. Djuanda memang memiliki kontribusi besar di dunia perkeretapian pada masa penjajahan Jepang dan setelah Indonesia merdeka.
Pada masa kekuasaan Jepang, kereta api digunakan untuk kepentingan militer. Setelah Indonesia merdeka, kereta api sangat penting peranannya bagi pergerakan para pejuang, terutama pada masa agresi militer Belanda dan ketika Soekarno-Hatta 'diselundupkan' ke Yogyakarta.Â
Jika kita melihat film-film perjuangan jaman dulu, biasanya ada adegan para pejuang yang hendak naik atau turun ke/dari kereta. Pujangga Chairil Anwar dalam buku "Aku" juga digambarkan kerap berkelana dengan naik kereta api, bertemu para pemuda yang tergabung dalam pergerakan di beberapa tempat.Â
Menyadari pentingnya kereta api bagi perjuangan bangsa dan juga bangsa Indonesia kelak, Djuanda ikut memimpin para pemuda dan Angkatan Moeda Kereta Api kemudian ikut merebut kantor pusat kereta api di Bandung dari tangan kekuasaan Jepang pada 28 September 1945. Lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan dan tanggal tersebut kemudian dijadikan hari lahirnya Kereta Api Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Djuanda ditetapkan sebagai Kepala Djawatan Kereta Api Indonesia yang pertama. Ia menjabat pada 23 Januari 1946 hingga 2 Oktober 1946. Selanjutnya ia menjabat sebagai Menteri Muda.Perhubungan pada 2 Oktober 1946 hingga 4 Agustus 1949. Lalu ia kembali menjabat sebagai Kepala Djawatan KAI pada masa jabatan 6 September 1950 hingga 30 Juli 1953.
Masa kepemimpinan Djuanda mengelola perkeretaapian kala itu sangat berat. Situasi Indonesia masih mencekam. Setelah Jepang, tentara sekutu pun hadir. Kereta api sangat berperan dalam menyokong perjuangan mempertahankan kemerdekaan saat itu.