"This is the story of a man marked by an image of  his childhood..." - narator
Film-film science fiction populer dengan unsur time travel seperti "12 Monkeys", "Looper", "Back to The Future", dan "Source Code" rupanya terinspirasi dengan sebuah karya masterpiece tahun 1962. "La Jetee", judulnya. Sebuah film Prancis karya Chris Marker berdurasi 28 menitan. Film ini menampilkan pasca perang dan percobaan melibatkan manusia.
Dikisahkan dalam film ini Paris hancur karena perang nuklir. Begitu banyak korban jiwa. Mereka yang masih hidup pun bertahan dan tinggal di bawah tanah, di lorong-lorong museum dan galeri. Yang berada di permukaan terpapar oleh radioaktif.
Di antara mereka yang tinggal di bawah tanah adalah juga para tahanan dan para ilmuwan. Sekelompok ilmuwan gila yang melakukan eksperimen perjalanan waktu dengan melibatkan manusia sebagai kelinci percobaan. Mereka ingin mendapatkan petunjuk dan solusi dari masa lalu atau masa depan untuk menyelamatkan masa sekarang
Tak banyak yang bertahan menjadi obyek eksperimen tersebut. Mereka ketakutan dengan pemandangan yang mereka lihat dari alat-alat yang ditempelkan ke mata mereka. Perjalanan waktu sungguh membuat mereka syok. Sudah banyak manusia yang tewas karena eksperimen ini.
Hingga suatu ketika mereka menemukan tahanan lainnya yang cocok dijadikan obyek eksperimen. Ia adalah seorang pemuda (Davos Hanich). Ia sudah siap dengan konsekuensi siksaan dan kematian.
Seorang ilmuwan menenangkannya. Ia mengatakan kepadanya, ini jalan terbaik untuk menemukan cara mereka bisa hidup dan mendapatkan makanan juga obat-obatan dan energi, dengan mencari solusi dari masa lalu dan masa depan.
Kekuatan Gambar yang Emosional
Judul film ini kutemukan ketika seseorang merekomendasikan untuk menyaksikan karya masterpiece yang menginspirasi film-film besar di sebuah komentar film animasi di YouTube. Dan, rupanya memang "La Jetee" (1962) adalan tontonan 'wajib' bagi mereka yang melakukan studi di bidang perfilman.
Ketika akhirnya menemukan film ini, beberapa anggota diskusi film ini menyarankan untuk berhati-hati karena gambar-gambar yang disajikan bisa jadi tidak sesuai ekspektasi. Aku pun kemudian menyaksikannya dua kali, yang pertama tanpa subtitle hanya dengan mendengarkan narasi berbahasa Prancis yang disampaikan oleh Jean Negroni. Baru yang kedua aku menggunakan subtitle bahasa Inggris.
La Jetee merupakan sebuah tempat di bandara yang biasa digunakan untuk menyaksikan pesawat-pesawat mendarat. Dalam pembuka film memang ditampilkan suasana bandara sebelum kemudian kota Paris hancur luluh oleh Perang Dunia III dengan diiringi tembang pembuka "Krestu Twojemu" yang megah.
Selanjutnya menit demi menit aku pun menikmati gambar-gambar hitam putih ini. Ini tidak seperti film pada umumnya
Gambar-gambar hitam putih ini artistik, namun juga terasa misterius.
Bagian yang membuatku tertegun ketika gambar menampilkan sosok yang disebut dari masa depan. Narasinya makin membuatku tercenung. Aku seperti dejavu dengan narasinya, temanya seperti dalam film "Interstellar".
Tapi tentunya bagian yang paling emosional ada di penghujung terakhir. Ada plot twist yang begitu dramatis.
Oh memang "La Jetee" adalah film yang memiliki narasi kuat dengan gambar-gambar yang memiliki kekuatan emosional. Oh iya ada alasan aku berulang kali menyebutnya sebagai gambar, bukan adegan. Hal ini dikarenakan film ini seperti montase, rangkaian slide gambar, bukan seperti adegan yang memerlihatkan rangkaian mimik dan akting.
Sutradara film ini, Chris Marker, juga memilih menyebut karyanya ini sebagai photo novel atau photo-roman, bukan sebagai sebuah film. Tapi hal ini masih jadi bahan perdebatan.
Ide ceritanya juga menurutku out of the box pada masa itu, sehingga idenya masih relevan ketika digunakan untuk film-film bergenre science-fiction berikutnya.
Film yang terinspirasi kuat dari "La Jetee" adalah "12 Monkeys" (1995) Â yang dibintangi Bruce Wilis dan Brad Pitt. Dalam film ini James Cole yang diperankan Bruce Wilis menjadi obyek eksperimen untuk melakukan time travel. Tujuannya menemukan sumber virus yang menyebabkan pandemi global yang menghancurkan peradaban manusia, untuk menemukan vaksin dan juga pelaku penyebarnya.
Sedangkan "Source Code" yang dibintangi Jake Gyllenhaal bercerita tentang seorang anggota militer yang pikirannya menyusup ke sosok pria yang tak dikenalnya di sebuah kereta. Wanita di depannya menyebutnya Sean, seorang guru. Rupanya ia memiliki misi untuk menemukan pengebom kereta tersebut. Misinya berkali-kali gagal. Dirinya dan kereta tersebut berkali-kali meledak.Â
Ia awalnya meyakini itu hanya sebuah simulasi untuk menemukan pengebom. Tak dinyana ia rupanya sudah meninggal dan masuk menjadi obyek penelitian bernama Source Code untuk melakukan rekonstruksi masa lalu dengan menggunakan ingatan delapan menit sebelum ia meninggal.
Di luar kedua film itu masih banyak film lainnya yang terinspirasi dari "La Jetee". Termasuk Trilogi "Back to the Future", "Planet of The Apes", "Terminator", dan "The Time Machine".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H