Waktunya makan siang. Kendaraan berjalan pelan-pelan menyusuri kawasan Taman Solo Cempaka Putih. Di sini adalah salah satu pusat makanan, dengan beragam masakan, dari fast food hingga sajian tradisional.Â
Mata kami kemudian tertumbuk ke tempat makan yang menyajikan aneka masakan domba. Kami sepakat mencobanya. Nama tempatnya Sate Boegil. Mereka menyajikan beragam masakan domba muda khas Tegal.
Selintas penampilan domba mirip dengan kambing, hanya berbulu tebal. Namun daging domba memiliki cita rasa yang agak berbeda.Â
Aroma dagingnya tidak setajam aroma daging kambing dan ada guratan rasa manisnya. Aku jarang menemukan masakan domba, oleh karenanya jika kebetulan ada rumah makan menyajikannya, aku penasaran.
Rumah makan berdinding putih itu memiliki menu aneka ragam domba. Ada aneka sate, sop, tongseng, gule, nasi goreng domba, dan kepala domba muda bakar. Harganya berkisar Rp 48 hingga 75 ribu. Sedangkan untuk minumannya ada kelapa muda, jeruk, kopi, dan teh poci dengan harga antara Rp 7-25 ribu.
Akhirnya pilihan jatuh ke lontong, sate domba, dan seporsi sop tulang dan daging domba. Sebagai penutup dan penyegar kami memilih teh poci khas Tegal.
Pesanan pun datang. Penyajiannya benar-benar mengundang selera. Wah makan berat. Besok-besok harus rajin olah raga nih.
Sop Tulang dan Daging Domba yang Segar
Mangkuk supnya berukuran sedang. Di dalam mangkuk terdapat kuah bening dengan stik wortel, daun bawang cincang, potongan tomat, serta tulang dan potongan daging domba. Kuah kaldunya kurang kental, cita rasanya lebih ke nuansa segar.Â
Sate Domba Campur Lemak yang Nikmat
Kami memilih sate domba campur lemak. Lemak ini enak asal tidak banyak-banyak karena bisa jadi bumerang, malah bikin eneq. Sate domba ini disajikan di hotplate dengan sepiring kecil irisan tomat hijau, bawang merah, dan rajangan cabe rawit serta kecap.
Daging dombanya empuk. Cita rasanya manis dan gurih. Lemaknya serasa meleleh di lidah. Disantap dengan lontong, terasa kenyang dan puas.
Sebagai penutup adalah teh poci yang disajikan dengan poci dan cangkir tanah liat. Aroma melatinya harum dan cita rasanya asam manis segar.
Daging domba dan teh melati hemmm kombinasi yang pas dan memuaskan. Lain kali ke sini lagi deh asal olah raganya juga rajin hehehe biar badan tidak makin melar.
Ketika membayar di kasir, aku menanyakan makna namanya. Rupanya nama boegil itu merujuk ke daging domba yang dibakar tanpa bumbu tambahan. Oohhh...gitu toh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H