Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sound of Borobudur: dari Relief, Alat Musik Tersebut Diwujudnyatakan dan Dimainkan

11 Mei 2021   23:37 Diperbarui: 11 Mei 2021   23:45 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gitar Saudi Arabia juga ada dalam relief candi (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)

Aku jadi teringat tentang perahu bercadik. Minggu lalu aku membaca tentang relief perahu bercadik di Borobudur yang diwujudkan ke dunia nyata pada tahun 2003 dalam buku berjudul "Jejak Perahu Bercadik di Candi Borobudur". Dipimpin oleh Philip Beale, mantan anggota Angkatan Laut Inggris, dengan nahkoda Kapten I Gusti Putu Ngurah, 27 orang melakukan Ekspedisi Perahu Borobudur menuju Afrika.

Instrumen musik di Candi Borobudur masih eksis di 40 negara dan 34 provinsi di Indonesia (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Instrumen musik di Candi Borobudur masih eksis di 40 negara dan 34 provinsi di Indonesia (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Mereka ingin merasai sendiri ketangguhan kapal era masa abad VIII untuk pelayaran jarak jauh dan juga menapak tilas petualangan pelaut-pelaut nenek moyang bangsa Indonesia. Perahu bercadik yang berdasarkan relief Candi Borobudur itu sukses berlayar hingga ke Afrika.

Dari pengalaman Ekspedisi Perahu Borobudur itu bisa ditarik pelajaran bahwa relief Borobudur bukan sekadar dekorasi dan cerita. Relief tersebut juga merupakan catatan sejarah dan situasi yang terjadi pada masa tersebut, pada abad ke-8. Relief dalam Candi Borobudur sebagian di antaranya bisa diibaratkan seperti perpustakaan, rak-rak arsip, dan ensiklopedia. Betapa jeniusnya perancang dan pekerjanya. Reliefnya rapi dan detail, serta bisa menggambarkan situasi pada masa tersebut dan menyampaikan pesan-pesan yang bernilai luhur.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun tahun 760 -- 830M pada masa Wangsa Syailendra. Candi ini terdiri dari 2.672 panel relief dengan 1.460 di antaranya mengandung cerita. Dalam relief Karmavibhangga, selain menggambarkan hukum sebab akibat, juga ditampilkan kehidupan sehari-hari masyarakat saat itu. Di situlah terdapat panel yang menggambarkan para musisi yang memainkan instrumen alat musik. Selain itu peralatan musik juga terdapat dalam relief Gandawyuha, Awadana Jataka, Lalita Vistara. Awadana

Alat musik yang ada sekarang rupanya sebagian besar telah ada pada abad ke-8 (dokpri)
Alat musik yang ada sekarang rupanya sebagian besar telah ada pada abad ke-8 (dokpri)
Telaah alat musik dalam relief ini telah dilakukan di antaranya oleh Jaap Kunst, Timbul Haryono, Edi Sedyawati, Dwi Cahyono, P.E.J. Ferdinandus, dan sebagainya. Menurut Dr. P.E.J. Ferdinandus dari Pusat Penelitian Arkeologi,  relief-relief tentang alat musik tersebut menggambarkan tentang alat musik tiup (aerophone), alat musik petik (chordophone), alat musik pukul (iodophone), dan bermembran (membranophone), serta relief tentang ensemble.

Penelitian lebih lanjut kemudian menemukan bahwa alat musik yang tergambar dalam relief Candi Borobudur tersebut masih eksis dan dimainkan hingga saat ini. Relief tersebut menggambarkan lebih dari 200 alat musik yang tersebar di  34 provinsi Indonesia dan kurang lebih 40 negara dari Benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Ada yang dipertunjukkan di lingkungan bangsawan, ada yang ditampilkan terbuka ke masyarakat biasa.

Aku jadi ingat kalimat yang dilontarkan salah satu seniman di acara Sound of Borobudur tersebut, Bintang Indrianto. Dari relief di tembok Borobudur tersebut, peralatan musik jadi nyata. Ya, mereka memerhatikan detail dari tiap-tiap gambar alat musik di relief lalu dicocokkan dengan semua alat musik yang ada di Indonesia dan mancanegara.  

Dari relief ada kemiripan dengan tifa dari Indonesia (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Dari relief ada kemiripan dengan tifa dari Indonesia (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Dari relief alat musik pukul, bentuknya mirip dengan Ranat Ek (Thailand), Balafon (Gabon), Udu (Nigeria), dan Garantung (Indonesia). Ada pula musik bermembran yang mirip dengan Mridangan (India), Darbuka (Mesir), Muzavu (Tamil), Conga (Amerika Latin), Tifa dan Kendang (Indonesia). Sedangkan untuk alat musik berdawai di antaranya Pipa (China), Setar (Iran), Oud (Saudi Arabia), Biwa (Jepang), Lute (Inggris), Dombra (Kazakhstan), Ud (Turki), Saung Gauk (Myanmar), Sakota Yazh (Tamil), Harpa, Zeze (Kenya), One String Zither (Peru), Kse Diev (Kamboja), Kwere (Tanzania), dan Sape (Dayak). Sementara untuk alat musik tiup di antaranya Sheng (China), Saenghwang (Korea), Keledik dan Sulim (Indonesia), Daegum (Korea),  Bansuri (India), dan Sho (Jepang). Wah banyak sekali ya.

Alat musik etnik Indonesia sendiri telah banyak mewarnai dunia musik modern. Claude Debussy, pianis, dan komposer terkenal awal abad 20`67y, beberapa nomornya terpengaruh dengan gamelan Jawa, seperti "Estampes -- Pagodes". Demikian juga dengan Deep Forest kolaborasi dengan Anggun lewat "Deep Blue Sea".

Gitar Saudi Arabia juga ada dalam relief candi (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Gitar Saudi Arabia juga ada dalam relief candi (sumber gambar: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Kerja Keras Menyuguhkan Sound of Borobudur Sejak Tahun 2016

Sound of Borobudur ini telah melalui proses panjang. Bermula dari tahun 2016, Trie Utami, Dewa Budjana, dan para seniman yang tergabung dalam Jaringan Kampung Nusantara tertarik mempelajari relief peralatan musik yang terekam di Candi Borobudur. Mereka dibantu Ali Gardy, pembuat alat musik dari Situbondo, untuk mewujudkan alat musik tersebut dan kemudian peralatan musiknya dimainkan dalam ajang Borobudur Cultural Fest 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun