Setiap pagi sebelum memulai hari, aku diam terbaring, berdoa, lalu membayangkan sebuah harapan atau  visi. Aku melakukan visualisasi tentang kegiatan apa saja yang akan kulakukan seharian itu, juga harapan yang ingin kuraih. Visualisasi itu kututup dengan bernafas perlahan-lahan, lalu bersyukur dengan apa yang kuperoleh selama ini. Kubuka mata, aku siap bergerak.
Aku menyebutnya visualisasi. Ada yang menyebutnya semacam meditasi. Visualisasi ini ibarat menggabungkan doa, harapan, dan juga rasa syukur.
Dalam sebuah buku yang baru selesai kubaca baru-baru ini, Â berjudul "Alpha Code", di situ disebutkan beberapa hal yang perlu dilakukan secara rutin oleh seseorang agar ia menjadi seseorang yang terus mengalami peningkatan secara positif. Di antaranya adalah menentukan dan membayangkan visi, seperti apa dirinya satu tahun, lima tahun, atau 10 tahun ke depan; apa saja yang dilakukannya hari itu untuk menuju ke sana, habit baru apa yang ingin dikembangkan, dan jangan lupa untuk bersyukur. Hal-hal sekecil apapun perlu disyukuri.
Sebelum pandemi, aku sudah mencoba melakukan visualisasi setiap harinya. Kemudian setelah pandemi, aku tetap melakukannya. Rasanya perasaan jadi damai, tidak merasa begitu was-was. Aku bisa melakukan apa saja aktivitas yang kuprioritaskan hati itu, juga rasa berkecukupan. Aku merasa tenang dan merasa diberikan banyak kelimpahan, diberikan kesehatan, tetap memiliki sumber pendapatan, punya kucing-kucing nakal yang menggemaskan, juga pasangan yang memberikan dukungan.
Melakukan visualisasi setiap hari membuat mental dan jiwaku tetap sehat. Menurutku sehat jiwa dan mental juga penting pada masa pandemi ini, tidak hanya sehat secara fisik.
Pentingnya Kesehatan Badan, Jiwa, dan Mental
Kesehatan mental dan jiwa ini mulai banyak dibahas dan menjadi perhatian belakangan ini. Tak sedikit yang jiwa dan mentalnya tertekan dan merana selama era pandemi ini. Selain bervisualisasi setiap harinya, agar aku tetap sehat fisik, jiwa, dan mental yaitu dengan beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan, tetap aktif bergerak, banyak membaca, menyantap makanan kaya nutrisi, dan juga bersyukur.
Pada masa Ramadan, aku juga tetap melakukan visualisasi. Biasanya sebelum sahur ketika aku terbangun untuk menyiapkan  menu sahur, aku membiarkan diriku berbaring sejenak. Aku berdoa dan berterima kasih atas anugerah yang kuterima, lalu aku membayangkan diriku. Aku membayangkan diriku lulus kuliah dan kemudian kubayangkan aktivitasku hari itu, memasak untuk sahur, berolah raga, bekerja, membaca, beribadah, dan sebagainya.
Kegiatan ini menenangkan. Hanya sekitar lima menit setiap harinya, tapi berhasil menyuntikkan rasa percaya diri dan semangat.
Sentuhan Semangat dan Energi dari Kojima
Aktivitasku saat berpuasa Ramadan tak banyak bedanya dengan hari-hari biasa. Aku tetap melakukan aktivitas bersih-bersih rumah, dari menyapu, mengepel, mencuci, menjemur, dan memasak. Masih ada kegiatan inti yaitu belajar dan menulis. Syukurlah pada masa pandemi dan bulan Ramadan ini, tawaran pekerjaan menulis ini ada saja. Selanjutnya, masih ada pekerjaan merawat tanaman dan mengurus kucing-kucing, termasuk membersihkan badan dan kandang mereka, juga membuang kotoran mereka.
Aku memaksa diriku untuk banyak membaca pada bulan Ramadan ini. Membaca adalah makanan jiwa. Nabi Muhammad sendiri juga menekankan pentingnya untuk membaca dan menimba ilmu.
Bagiku kegiatan membaca bukan hanya menambah pengetahuan ataupun sebagai hiburan. Membaca adalah salah satu kegiatan yang membuatku tetap sehat mental dan jiwa selama ini. Apalagi bila kegiatan membaca diiringi dengan musik favoritku. Rasanya tubuh begitu damai dan rileks.