Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Para Sutradara Perempuan yang Memberi Warna Perfilman Nasional

20 April 2021   06:52 Diperbarui: 20 April 2021   19:55 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratna Asmara sutradara perempuan pertama Indonesia (sumber gambar: Twitter.com/Cinemalinea)

Ida memulai debutnya sebagai sutradara lewat film berjudul  "Asmara di Balik Pintu" (1984). Ia kemudian juga menyutradarai di antaranya film "Perempuan Kedua" (1990) dan "Barang Titipan" (1991). Oh iya Ida juga pernah terlibat dalam naskah skenario serial "Si Doel Anak Sekolahan" selama 12 episode awal.

1998, "Kuldesak", dan Dua Sutradara Perempuan

Sekitar tahun 1990-an, film Indonesia mengalami mati suri. Kualitasnya pun menurun. Kemudian pada tahun 1998, empat sutradara muda membuat gebrakan dengan membuat film omnibus berjudul "Kuldesak". Dua di antaranya sutradara perempuan, Mira Lesmana dan Nan Triveni Achnas.

Sumber gambar: singes.info
Sumber gambar: singes.info
Setelah "Kuldesak", Mira lebih banyak terjun sebagai produser film dengan bendera Miles Films. Ia bersama Riri Riza, sahabatnya, terlibat dalam film-film yang banyak meraih pujian, termasuk "Petualangan Sherina" (2000) yang laris manis dan dianggap sebagai tonggak kebangkitan film nasional.

Sementara rekannya, Nan Achnas tetap aktif sebagai sutradara. Film-filmnya "Pasir Berbisik" (2001), "Bendera" (2003), dan "Photograph" (2007) melalang buana ke festival film mancanegara bergengsi dan meraih sejumlah penghargaan.

Era Awal Kebangkitan Film Nasional (2000-2005)

Setelah kesuksesan "Petualangan Sherina" disusul "Ada Apa dengan Cinta" (2002), industri film nasional pun kembali bergulir. Film-filmnya berwarna dan eksploratif. Di antara film tersebut merupakan hasil karya sutradara perempuan, seperti Nia Dinata, Upi, Cassandra Massardi, Marianne Rumantir, Viva Westi, dan Sekar Ayu Asmara.

"Arisan" yang dibesut Nia Dinata adalah film yang dikenang pada tahun 2003. Ia disebut sebagai film yang berani menampilkan drama kehidupan kaum megapolitan dan menyisipkan karakter gay. Film ini berhasil meraih lima piala Citra dari 11 nominasi.

Ada karakter gay yang tidak umum kala itu (sumber: Liputan6)
Ada karakter gay yang tidak umum kala itu (sumber: Liputan6)
Nia Dinata sebelumnya mencuri perhatian lewat filmnya "Ca Bau Kan" (2002). Film-film Nia banyak bernafaskan perempuan, seperti "Berbagi Suami" (2006), "Perempuan Punya Cerita" segmen 'Cerita dari Cibinong' (2007),  "Arisan! 2"(2011) dan "Ini Kisah Tiga Dara" (2016).

Selanjutnya ada nama Upi yang mulai dikenal lewat "30 Hari Mencari Cinta". Upi kemudian menjadi sutradara film yang produktif dengan tema cerita yang beragam, seperti "Realita Cinta dan Rock'n Roll", "Serigala Terakhir", "Radit dan Jani", Belenggu", "My Stupid Boss 1 dan 2", dan "My Generation". Upi terpilih sebagai sutradara superhero "Sri Asih" yang merupakan bagian dari semesta adi patriot Bumi Langit.

Upi meraih tiga nominasi piala Citra untuk sutradara terbaik untuk film "Belenggu", "Radit dan Jani", serta "My Stupid Boss". Ia juga berprestasi di bidang penulisan skenario dengan meraih dua nominasi FFI.

Sekar Ayu Asmara, juga penulis dan sutradara yang ikut memberi warna pada awal-awal kebangkitan film nasional, lewat film besutannya "Biola Tak Berdawai" dan "Belahan Jiwa" yang mendulang penghargaan. Ia juga menulis novel "Pintu Terlarang" yang kemudian diadaptasi Joko Anwar ke film layar lebar.

Selain aktif di kancah perfilman, Sekar juga seorang pencipta lagu dan pelukis. Ia menciptakan tembang "Jangan Berhenti Mencintaiku" yang dibawakan Titi DJ dan produser album "Perempuan"-nya Rita Effendy.

Viva Westi juga masuk sebagai sutradara perempuan yang mulai aktif sejak lima tahun awal kebangkitan film nasional. Bersama Garin Nugraha dan dua sutradara lainya, ia membesut film dokumenter berjudul "Serambi" (2005) yang tayang di Festival Cannes.

Film-filmnya yang signifikan adalah "Jenderal Soedirman", "Koki-Koki Cilik 2", dan "Toko Barang Mantan". Viva Westi hingga saat ini juga aktif sebagai penulis skenario film.

Lalu ada nama Marianne Rumantir, yang tercatat sebagai sutradara film "Aku, Dia, dan Mereka" yang dirilis tahun 2002. Sayangnya setelah itu ia vakum di dunia film nasional dan memilih sebagai pengusaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun