Sebelum berangkat ke masjid, aku menyiapkan buku Kegiatan Ramadan dan pulpen. Kulihat kakak masih bersantai di depan teve. "Duluan saja kalau mau berangkat ke masjid," ujarnya.
Favoritku adalah bagian belakang, sehingga aku bisa bersandar. Kadang-kadang aku membawa buku pelajaran bila besok harinya ada ulangan. Sambil menunggu rakaat tarawih berikutnya, aku bisa mengintip sejenak halaman buku. Masjid dekat rumah menerapkan 20 rakaat tarawih sehingga sampai rumah sekitar jam 20.15 Â - 20.30 WIB.
Setelah doa selesai sholat Witir dibacakan, Imam memimpin membaca niat puasa Ramadan. Aku mulai bergegas menuju tempat Imam di bagian pria. Tak hanya aku, beberapa anak seusiaku juga memiliki niat yang sama.
Ya, sampai Ramadan berakhir, Imam tarawih bak selebriti, yang dikerumuni anak-anak dan dimintai tanda tangan. Dengan sabar ia meladeni permintaan anak-anak sambil berpesan agar kami menjadi anak yang baik dan rajin belajar.
Tak sedikit juga yang melakukan aksi curang yaitu nitip tanda tangan hehehe. Biasanya Imam tertawa saja, atau kadang-kadang bertanya kenapa pemilik buku ini tak datang.
Mengisi buku Kegiatan Ramadan ini adalah aktivitas yang cukup menyibukkan. Di dalamnya juga ada kegiatan merangkum ceramah sholat Subuh dan sholat Jumat.
Tugas ini menjadi menu Ramadan sejak masih duduk di bangku SD. Untungnya sejak SMP, tidak ada lagi tugas meminta tanda tangan tarawih, paling-paling mengisi rekap sholat apakah sholat sendirian atau berjamaah.
Sebenarnya seru lho kegiatan mengumpulkan tanda tangan ini. Jika tak buru-buru, bisa-bisa Imam sudah pergi. Pernah suatu ketika yang meminta tanda tangan hanya segelintir. Oh rupanya sudah masuk seminggu sebelum lebaran sehingga jamaah sudah mulai sepi. Pastinya ada yang mulai mudik atau sibuk menyiapkan Idul Fitri.
Ada yang Kabur Saat Pesantren Kilat
Selain mengisi buku Kegiatan Ramadan, aktivitas lainnya yang khas Ramadan yaitu pesantren kilat. Sejak SD hingga duduk di bangku kuliah tahun pertama, aku mengikutinya. Kadang-kadang tak cukup sekolah yang mengadakan, masjid dekat rumah juga menyelenggarakannya. Alhasil kegiatan kami padat saat Ramadan. Padat namun juga menyenangkan.
Seingatku kami mengikuti tiga kali pesantren kilat waktu masih SD. Sejak pagi pukul 08.00 kami sudah siap di sekolah, mengikuti beragam kegiatan dari belajar membaca Al-Quran, mendengarkan cerita sejarah Islam, sholat berjamaah, berbuka puasa, ditutup tarawih bersama. Lumayan panjang juga kegiatannya.
Adik-adik yang masih kecil kadang-kadang nampak kelelahan. Tak sedikit yang terkantuk-kantuk dan menguap pada materi selesai sholat Dhuhur, ada yang jatuh tertidur juga. Aku tak ingat apakah yang duduk di bangku kelas 1 dan 2 SD wajib puasa secara penuh, atau masih diberi kelonggaran boleh puasa Bedug alias puasa setengah hari.