Ini adalah cerita fabel. Si Mungil sudah dandan cantik. Ia mandi pagi-pagi dengan sampo kucing dan kemudian menyemprotkan parfum kucing dengan aroma bunga dahlia. Sekitar jam 9 pagi ia akan menjalani pemotretan. Si Kidut juga sudah siap. Ia adalah kucing sirkus yang lincah. Tapi ke mana Nero?
Si Mungil dalam seminggu hanya bekerja sekitar 2-3 kali. Karena wajah dan penampilannya yang cantik maka ia laris sebagai model kucing. Ia juga sudah dua kali tampil sebagai bintang film. Posternya pun laku keras. Kadang-kadang jika ia tak malas, ia pun menandatangani poster tersebut dengan jari depannya.
Sementara si Kidut tergolong masih pekerja pemula. Ia kucing yang tangkas dan lincah. Berkat keahliannya, ia pun diterima jadi anggota pertunjukan sirkus. Ia pandai memanjat dan bermain lompat tali. Sehari ia biasanya bekerja hanya 1-2 jam. Sabtu dan Minggu ia libur bekerja.
Mereka bertiga bekerja di Kucingtopia, sebuah kota kecil yang warga manusianya hidup harmonis dengan para kucing. Di kota ini kucing dianggap setara dengan manusia. Mereka punya pekerjaan dan dibayar. Sebelum lolos bekerja di sini mereka harus mengikutu training ketat terlebih dahulu.
Eh omong-omong ke mana Nero?
Si Mungil gelisah. Ia ingin cepat tiba ke tujuan. Ia kucing yang tak suka terlambat dan lebih suka datang lebih awal. Jika datang awal, maka aku bisa memperbaiki make up ku dulu, ujarnya dalam hati.
Tapi si Nero tak juga muncul di ruang sarapan. Si kucing besar, manusia yang hidup bersama mereka, sudah berangkat bekerja. Ia memberi mereka sarapan roti isi tuna dan ada tiga wadah bekal buat mereka bertiga.
Biasanya Nero yang mengemudikan gerobak motor. Ia juga bekerja di Kucingtopia setiap hari, sama seperti Kidut. Ia dulu kucing yang sulit diatur sehingga hanya dapat pekerjaan ringan-ringan. Ia menjadi penyambut tamu pasien anak-anak dan kakek nenek di rumah sakit. Jam kerjanya sama seperti Kidut, hanya berkisar 1-2 jam.
"Kidut, kak Nero kenapa ya? Kok belum muncul jam sarapan begini. Biasanya dia habis tiga porsi?" Diam-diam si Mungil merasa cemas.
Si Kidut menggeleng. Ia juga tak tahu kenapa Nero tak kunjung datang. Si Nero suka menjailinya karena ia paling bontot.
"Kak Nero ini sudah hampir jam 08.00. Kok belum siap-siap? Nanti terlambat lho?!" Si Mungil merasa cemas melihat Nero yang masih berada di peraduannya.
Si Nero memandangnya lesu. "Aku tidak masuk kerja ya Mungil. Nanti minta ijinkan ke atasanku, si Krincing. Aku nggak enak badan."
Si Kidut langsung menimpalinya."Kak Nero bolos kerja ya? Nggak baik lho!"
Si Nero langsung sewot. "Aku malas bekerja hari ini tapi ada sebabnya. Aku lagi tidak enak badan," ujarnya sekali lagi. Ia melengos dan kemudian membalikkan badannya. Punggungnya menghadap ke mereka.
Si Mungil pun yang mengemudikan gerobak motor mereka ke Kucingtopia. Sama seperti hari-hari biasanya para kucing besar alias bangsa manusia yang tinggal di dunia non-Kucingtopia terbengong-bengong melihat ada dua kucing lucu naik gerobak motor.
Dunia Kucingtopia memang relatif baru. Ia hanya dikenal oleh bangsa kucing besar yang menyayangi para kucing kecil. Di kota kecil ini ada rumah sakit, tempat sirkus, rumah makan, bioskop, dan sebagainya. Fasilitasnya lengkap, juga ada apartemen.
Si Mungil ingin tinggal di sini, di Kucingtopia. Tapi kucing besar menahan mereka. Ia lebih senang bila Mungil, Nero, dan Kidut tinggal bersama dirinya. Kidut dan Nero sendiri sudah nyaman tinggal bersama kucing besar.
Si Mungil pun memarkirkan kendaraannya dan menuju tempatnya bekerja hari ini. Ia didapuk menjadi model iklan makanan kemasan bagi bangsa kucing. Sedangkan Kidut hari ini hanya berlatih karena tak ada jadwal pementasan.
Si Kidut singgah ke rumah sakit dan memberitahu si Krincing kalau Nero sedang tidak enak badan. Si Krincing manggut-manggut kepala. Ia nampak prihatin dan memakluminya.
Setiba di rumah, si Kidut membawakan untuk Nero sebuah donat isi ayam, salah satu makanan kesukaan Nero. Nero masih lesu. Ia nampak gontai menerika donat dari Kidut.
"Kak Nero, apa perlu kupanggilkan dokter Blekok?" Tanya Mungil. Ia dapat duit banyak dari pemotretan hari ini. Ia jadi royal dan manis. Nero menggelengkan kepala.
Keesokan hari si Mungil tak ada jadwal bekerja. Ia pun memilih creambath dan menggunakan masker wajah di rumah. Si Kidut diantar bekerja oleh kucing besar. Si Nero lagi-lagi bolos kerja.
Si Mungil menakut-nakuti Nero. "Kak Nero, pekerjaanmu itu paling mudah lho, tinggal menyambut tamu. Nanti kalau dipecat, jangan nangis lho!"
Si Nero jadi pucat dan ingin menangis. Ia sudah beberapa kali dipecat karena kurang terampil bekerja. Jadi pegawai kedai, ia beberapa kali ketahuan makan masakan pesanan pelanggan. Pekerjaan ini yang paling mudah, meski gajinya juga kecil.
Si Kidut menyampaikan pesan Nero lagi-lagi tak bisa masuk kerja. Si Krincing manggut-manggut. Ketika si Kidut hendak pergi ia berkata, "Bilang ke Nero, anak nakal itu sudah pulang, ia sudah tak lagi ke sini."
Si Kidut menyampaikan pesan Krincing ke Nero. Si Nero wajahnya mulai berubah ceria. "Aku besok akan masuk kerja," tegasnya.
Rupanya sudah beberapa hari si Nero dikerjai oleh anak kecil yang nakal. Ia suka memainkan kumis Nero dan memainkan ekornya. Nero kesakitan dan kesal, tapi sebagai penerima tamu ia tak boleh marah ke para tamu dan pasien.
Keesokan paginya Nero sudah tampan dengan kemeja dan dasi kupu-kupunya. Ia mengemudikan gerobak motor bersama si Mungil yang sedang ada pemotretan dan si Kidut yang juga ada jadwal pentas. Sedangkan kucing besar bernama Puspa bersiap-siap untuk menyaksikan aksi Kidut di panggung sambil membawa cerita fabel di tasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H