Edukasi dan sosialisasi ke masyarakat bisa disampaikan lewat bahasa film. Biasanya media film ini lebih digemari dan mudah dicerna oleh masyarakat. Termasuk yang dilakukan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional berkolaborasi dengan Produksi Film Negara dan Kominfo lewat rangkaian film pendek dengan judul "Pagebluk: Pandemi Punya Cerita".Â
Rangkaian film pendek ini melibatkan lima sutradara, yaitu Hanung Bramantyo, Boy Rano, Rush Singh, Andi Bachtiar Yusuf, dan Lola Amaria. Keenam film pendek ditayangkan secara live streaming di Youtube di kanal milik Lawan Covid 19 ID pada tanggal 27-29 Desember 2020 mulai pukul 19.00. Rata-rata ada dua film pendek yang ditayangkan perharinya.Â
Setelah "Positif" (Hanung Bramantyo), "Serangan Fajar" (Boy Rano), "Ulang Tahun Pernikahan (Andi Bachtiar Yusuf), serta "Isolasi dan Spaghetti" (Rush Singh), maka pada malam ini (29/12) giliran "Riuh" (Lola Amaria) dan "Menantu Pilihan Bapak" (Andi Bachtiar Yusuf). Sebelum pemutaran film ada diskusi sejenak bareng sutradara atau dari perwakilan Komite Penanganan Covid-19.
Mengiyakan pendapat Lola Amaria, Titien bercerita bila film pendek ini merupakab gambaran masyarakat saat ini. Masih ada silang pendapat tentang Covid-19 dan manfaat vaksin.Â
Film "Riuh" ini menggambarkan situasi warga di sebuah lingkungan rumah petak. Mereka beraktivitas seperti biasa, banyak yang tak bermasker. Riuh rendah terjadi ketika datang  para petugas menggunakan APD ditemani bu RT. Para warga ketakutan ketika mereka  diminta untuk tes swab antigen bergiliran.Â
Ada warga yang kabur, langsung menutup pintu, ada juga yang takut-takut tapi kemudian bersedia. Salah satu warga ada yang ngotot tak percaya dengan adanya Covid-19.Â
Filmnya menggambarkan judulnya. Berisik. Para warga berbicara dengan berteriak, adu keras dan saling ngotot. Awal-awal lucu sih tapi lama-kelamaan jadi datar.Â
Pada paruh sepertiga menuju akhir cerita malah terasa ceritanya lebih bernuansa formal. Dialognya agak kaku dan terasa muatan iklan masyarakatnya. Tidak apa-apa sih karena tujuannya untuk sosialisasi Covid-19, tapi jadi kurang pas jika nantinya kemudian ditonton secara lepas.Â
Film kedua berjudul "Menantu Pilihan Bapak". Pesan dan kemasannya lebih ringan. Film pendek ini berkisah tentang anak muda yang siap nikah bernama Juna.Â
Ia ingin menikahi Lea, tapi takut dengan bapaknya yang konon galak. Sudah banyak pemuda yang melamar putrinya dan ditolak. Juna lalu nekat untuk melamar.Â
Film ini menggunakan narator. Si narator memperkenalkan karakter, mengomentari, dan kadang-kadang ikut mengatur cerita. Pendekatan yang menarik sih dari Andi Bachtiar Yusuf yang karyanya "Love for Sale" meraih pujian. Hanya cerita standar dan mudah ditebak.Â
Di film kedua ini juga dimasukkan pesan tentang Covid-19 dan vaksin. Kemasannya lebih cair dan tidak begitu menggurui.Â
Dua film pendek untuk sosialisasi dan edukasi Covid ini patut diapresiasi. Aku jadi menyesal empat film pendek lainnya belum kutonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H