Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Mini: Misteri Kucing Belang

12 November 2020   21:17 Diperbarui: 12 November 2020   21:36 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas dasar itulah aku berniat membuang kucing tersebut. Niat yang dulu kutunda karena kasihan. Tapi aku tak tahan dengan kucing ini. Ia induk jahat dan nakal. Aku berniat membuangnya ke pasar dekat rumah. Di sana setidaknya ia tak kelaparan. Dan aku yakin kucing-kucing di rumah akan senang bila ia pergi. Tak akan ada lagi yang merundung Cipung, Mungil, dan kucing kecil.

Kemarin aku menangkapnya dan kutaruh di kandang beralas dengan minuman dan makanan. Tapi paginya ia duduk santai dan menatapku tajam.

Aku bingung bagaimana bisa ia ke luar. Aku pun jelang senja memasukkan ia ke dalam kandang. Sengaja kandang kutaruh dalam rumah. Kedua sisi kututup. Kucing sebesar Nero pasti juga tak bisa ke luar dan sulit menggesernya.

Hari ini selepas Maghrib kuperiksa ia masih ada di kandang. Ia makan dan kemudian duduk santai dalam kandang.

Selepas Isya tadi posisinya juga sama. Tapi ketika aku usai memasak, kucing itu sudah berada di ruang tengah bersama kedua kucingku lainnya. Aku tertegun. Kucing itu menatapku lekat-lekat. Aku pun membaca doa yang kuingat.

Aku memeriksa kandang. Kedua pintunya masih dalam posisi sama. Terkunci. Tak ada jeruji yang jebol atau berlubang. Bagaimana ia bisa ke luar? Tanda tanya yang bagiku akan menghasilkan jawaban yang mengerikan.

Aku yakin ada sesuatu yang jahat dan menyeramkan dalam diri si kucing belang itu. Dan kucing itu menatapku lekat-lekat dengan dua mata kuningnya yang seram. Dalam ilusiku ia seperti tertawa dan menantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun