Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Aroma Karsa" Misi Pencarian Bunga Langka dengan Unsur Mitologi

7 November 2020   14:04 Diperbarui: 7 November 2020   14:10 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menuntaskan kisah Supernova dengan buku terakhirnya, "Intelegensi Embun Pagi", aku belum membeli lagi buku karya Dewi Lestari atau yang lebih populer dengan Dee Lestari. Ada satu lagi buku karangan Dee yang menarik perhatianku dan sebenarnya sudah rilis sejak tahun 2018. "Aroma Karsa", judulnya.

Selama tiga malam aku membaca lembar demi lembar. Ada 61 bab di dalamnya dan 702 halaman. Akhirnya aku tuntas juga membacanya.

Kisahnya tetap memiliki unsur misteri dan petualangan. Ini adalah misi untuk mencari sebuah bunga yang lokasinya tersembunyi. Puspa Karsa ini bukan bunga sembarangan. Maka dari itulah Raras Prayagung terus memburunya.

Cerita Puspa Karsa dari eyang buyutnya selalu membuat Raras terpana. Eyangnya terus meyakinkan dirinya Puspa Karsa bukan dongeng. Ia adalah bunga yang nyata.

Eyangnya, Janirah, menemukan rahasia ini dari sebuah lemari di sebuah ruangan di keraton. Di situ ada kotak dengan setumpuk lontar dan tiga tube perunggu berisikan cairan kental.

Porsi pertama akan mengubah nasibmu
Porsi kedua akan mengubah nasib keturunanmu
Porsi ketiga akan mengubah dunia sebagaimana keinginanmu.

Raras kemudian terobsesi dengan Puspa Karsa. Ia akan melakukan sebuah misi menemukan bunga langka tersebut. Ia lalu mengumpulkan anggotanya satu-persatu.

Di tempat lain, tak jauh dari kawasan kumuh TPA Bantar Gebang, tinggal pemuda bernama Jati Wesi. Ia pemuda yang rajin dan punya kemampuan khusus. Ia dijuluki hidung tikus karena kemampuan khususnya di bagian hidung.

Adakah kaitannya antara Jati dan Raras?
Apakah mereka akan menemukan bunga tersebut?

Adanya Unsur Misteri Sebuah Gunung dan Sejumput Kisah Masa Lampau
Perlu beberapa bab, baru aku tertarik dengan misteri dalam buku ini. Sosok Jati langsung menjadi tokoh yang menarik.

Ia digambarkan sebagai pemuda yang tekun bekerja dan cerdas meski hanya lulusan SMA. Ia dengan hidungnya mampu memprediksikan sesuatu, mengetahui akan adanya hujan, apa saja yang baru disantap seseorang, bahkan bisa menemukan mayat seseorang yang ditimbun pelakunya dalam tumpukan sampah selama beberapa hari.

Karakter Jati sungguh menarik. Dan semakin lama ada banyak hal misteri tentang asal usul dirinya.

Sementara cerita Puspa Karsa tak banyak selain digambarkan ia bunga langka yang keberadaannya antara ada dan tiada. Seperti dongeng. Ia digambarkan memiliki kerterkaitan dengan seorang raja Majapahit yang tak pernah dicatat dalam sejarah. Tentang bentuk dan kekuatannya tak banyak dikisahkan.

Seolah-olah tokoh utama cerita adalah pencarian jati diri Jati. Puspa Karsa hanyalah semacam tokoh pendamping dan sesuatu yang menggerakkan perubahan dalam diri Jati.

Aku suka elemen-elemen sejarah dan mitologi yang coba disusupkan dalam cerita ini meski kadarnya kurang banyak. Di sini pembaca juga diajak untuk menyelami aneka jenis parfum, komponen aroma yang menyelingkupinya, dan apa itu not atas, not tengah, dan not bawah dari parfum tersebut. Cerita parfum ada banyak tereksplor dalam cerita ini karena Raras digambarkan seorang pengusaha kosmetik terkenal.

TPA Bantar Gebang juga banyak dikupas. Tak hanya ada timbunan sampah di sini, juga ada penampungan lindi, bagian pengomposan, dan juga sampah yang telah bisa ditanami. Kehidupan masyarakat Bantar Gebang juga disinggung. Bagaimana mereka beradaptasi dengan bau sampah dan bagaimana mereka berkorban dengan mendatangi sampah-sampah yang baru diangkut demi mendapatkan 'harta' di kepungan sampah.

Oh ya cerita tentang desa tak kasat mata juga membuatku berimajinasi akan keberadaannya. Ini mengingatkanku pada sejumlah kisah hutan di beberapa gunung.

Ada kejutan di bagian akhir kisah. Bisa jadi ini semacam petunjuk akan ada kelanjutan buku ini. Tapi mudah-mudahan tidak ada sekuelnya, karena lebih menarik ceritanya ditutup seperti demikian.

Skor: 8/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun