Sepanjang menonton film yang dirilis tahun 2007 ini aku mengagumi desain setting yang artistik dalam film ini. Warna-warna muram dengan unsur kuning kecokelatan menguatkan nuansa apatis juga memberikan sentuhan dramatis dalam film ini.
Lorong-lorong, jalanan yang sepi, dan gedung lusuh, serta bangunan yang kosong memberikan atmosfer yang sunyi dan mencekam. Ada sesuatu.
Sungguh pengalaman sinematografi dan tata artistik yang indah karya Ipung Rachmat Syaiful dan Wencislaus . Ditambah dengan iringan skoring karya Aghy Narottama dan Haris Khaseli yang menguatkan nuansa sepi, suram, mistis, dan misterius.
Keberadaan dua detektif, cerita yang kelam, unsur apatis, dan warna film yang cenderung suram membuat film ini disebut-sebut tergolong sebagai film noir. Film kategori noir umumnya adalah film tentang kriminal dengan unsur investigasi, visual yang suram, nuansa pesimis dan keambiguan moral, serta pelaku utama dihadapkan pada kebobrokan sosial di hadapannya.
Di sini bisa dilihat bahwa rupanya Joko Anwar kerap bekerja sama dengan aktor-aktor dan kru film tertentu. Ada nama Ario Bayu dan Fachri Albar di sini yang sering bekerja sama dengannya. Ario Bayu juga pernah tampil di "Pintu Terlarang","A Copy of My Mind", "Gundala", dan "Perempuan Tanah Jahanam". Sedangkan Fachri bekerja sama dengannya dalam "Pintu Terlarang" dan "Pengabdi Setan". Aghy Narottama di divisi skoring dan tembang tema juga sering bekerja sama dengan Joko Anwar.
Memang dari segi cerita ada semacam lubang yang membuat ceritanya kurang mulus. Tapi dari segi artistik dan pengalaman sinematiknya secara keseluruhan aku menikmatinya. Tak heran jika film ini berhasil meraih enam nominasi piala Citra dan dua piala Citra untuk tata artistik dan tata sinematografi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H