Dialog-dialog dari yang khas anak muda hingga yang bersifat penggalian diri ditampilkan dengan bernas. Aku jadi ingat "Trilogi Before" oleh Ethan Hawke dan Julie Delpy yang sepanjang perjalanan lebih banyak berdialog. Untungnya porsi dialog "3 Hari untuk Selamanya" tidak sebanyak "Trilogi Before" karena tidak semua menyukai konsep tersebut.
Dalam film ini unsur modern, harapan kebebasan, dan tradisi juga seolah-olah dibenturkan dan ditemukan titik temunya lewat dialog dan juga sikap. Pertemuan keluarga besar, seperti persiapan pernikahan salah satu anggota keluarga adalah salah satu bentuk pengorbanan dan ketulusan sebagai bagian keluarga.
Oh iya film ini bisa ditonton di platform Vidio dan Disney+ Hotstar.
"Sebuah road movie yang apa adanya dengan dialog yang bernas. Tiga hari dalam perjalanan tak cukup membuat seseorang berubah sifat, tapi cukup untuk memberikan sebuah pandangan baru".
Skor 7.8/10
![Adinia dan Nicholas yang tampil kompak (sumber: montasefilm)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/12/images-jpeg-24-5f5ce168097f3645fa408212.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI