Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"3 Hari untuk Selamanya" Road Movie Apa Adanya dengan Momen Pendewasaan

12 September 2020   22:00 Diperbarui: 12 September 2020   22:04 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan di pantai dan kehadiran penari ini terasa misterius dan menarik (sumber:wego.co.id)

Pemeran lainnya dalam film ini juga tak kalah menarik. Ada Adi Kurdi sebagai ayah Yusuf yang bangga pada putranya. Tutie Kirana sebagai ibu Ambar yang pencemas. Juga ada Tarzan yang menjadi H. Satimo yang memiliki karakter kontradiktif.

Road Movie yang Realistis dan Menarik
Yusuf dan Ambar berangkat dari Jakarta menuju Yogyakarta. Mereka rupanya buta akan rute menuju ke sana. Mereka pun lalu singgah ke Bandung, Subang, dan daerah lainnya sebelum kemudian tiba di Yogyakarta.

Nah, road movie ini agak berbeda dengan "Kulari ke Pantai" yang juga garapan Miles Films yang lebih banyak menyuguhkan panorama daerah yang indah. "3 Hari untuk Selamanya" lebih realistik, gambar-gambar ditampilkan apa adanya. Jalanan dari Bandung ke Subang kemudian daerah pantura lainnya seperti Tegal, sebelum kemudian berpindah jalur digambarkan dengan warna-warna yang kusam karena debu dan lalu pantai yang panas terik, baru kemudian daerah yang hijau.

Ketika adegan beralih ke pantai yang sepi, penonton seolah-olah diajak ikut merasai hawa yang gerah dan panas terik yang dirasakan para pelaku cerita. Adegan ketika Yusuf melihat penari di situ seperti halusinasi, apakah nyata atau tidak karena hawa yang panas atau ia masih terbawa oleh zat dalam ganja.

Adegan di pantai dan kehadiran penari ini terasa misterius dan menarik (sumber:wego.co.id)
Adegan di pantai dan kehadiran penari ini terasa misterius dan menarik (sumber:wego.co.id)

Melihat situasi jalan-jalan yang ditempuh Yusuf dan Ambar, aku merasakan suasana nostalgia sebelum Tol Cipali hadir. Beberapa kali aku menuju beberapa daerah bermobil, kadang-kadang hingga sampai ke kampung halaman di Malang. Beberapa jalan dan situasi yang muncul di film nampak tak asing membuatku terkenang akan lelah dan senangnya melakukan perjalanan darat.

Adegan ketika Yusuf mengganja adalah adegan yang entah kenapa melekat dalam film ini. Hahaha rasanya aneh melihat sosok Nicholas mengganja meskipun hanya peran dalam film.

Adegan lainnya yang aneh tapi unik ketika mereka menginap di rumah H. Satimo. Dialog Yusuf dan H. Satimo terasa janggal. Konflik yang kemudian muncul selama menginap di rumah warga ini juga nampak ganjil.

Suasana yang misterius, sakral, sekaligus sinematik menurutku ketika mereka menikmati pagi hari di Gua Maria Sendangsono. Terasa damainya tempat ini untuk menyepi dan berdoa.

Serunya perjalanan juga disokong oleh tembang-tembang soundtrack dari Float. Lagu yang pas mengiringi perjalanan dan memiliki irama gitar yang menggelitik yaitu tembang berjudul "3 Hari untuk Selamanya"

Dialog yang Bernas dan Pendewasaan Karakter

Kedua pemeran utama ini digambarkan sebagai sosok yang tak sempurna. Ambar berhasil membuat penonton jengkel akan kemanjaan dan ketidaksopanannya ketika menginap di rumah warga. Yusuf juga nampak kurang berpendirian. Tapi seiring perjalanan, karakter ini tumbuh menjadi lebih matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun