"Bikin apa tante?" Aku penasaran melihat tante Ana sedang sibuk membersihkan ikan jambal roti. Ikan jambal tersebut dicucinya dengan air mengalir dari kran. Lalu dipotong-potongnya sebesar dadu.
"Hari ini makan pakai nasi goreng ikan asin yuk," Tante menjawab dengan senyum sumringah. Tanpa disuruh aku lalu mengambil pisau dan siap membantunya memasak.
Tante mengambilkanku sembilan butir bawang merah dan tiga bawang putih. Aku cuci dan kupotong sebelum nantinya dihaluskan. Kutambahkan cabe merah keriting dan cabe merah besar. Kemudian bumbu itu dihaluskan bersama sedikit gula pasir.
"Ren, ambilkan nasi putih ya. Tante mau bikin telur orak-arik lalu menumis bumbunya".
Aku dengan sigap mengambil nasi putih sisa sarapan tadi. Memang masih banyak. Cukuplah untuk dua porsi nasi goreng, bahkan lebih.
Harumnya. Wangi tumisan bumbu telah berbaur dengan aroma ikan asin jambal roti. Harumnya mengisi dapur. Nasi telah masuk wajan dan kini diaduk rata.
Aku takjub dengan Tante Ana. Ia begitu lincah mengaduk nasi hingga bumbunya merata. Aku tergiur. Mendadak perutku kembali lapar, padahal tadi baru menyantap camilan keripik singkong.
Aku langsung mengambil baskom besar untuk nasi goreng. Tante menaburinya dengan daun bawang dan bawang goreng, makin nampak menarik.
Aku menyeret kursi. Nasi goreng itu masih panas. Uapnya masih mengepul. Kutiup agar uapnya menghilang. Â Lalu sesendok nasi goreng itu telah meluncur. Aku mengunyahnya, menikmatinya.
Ikan asin jambal roti itu punya kontribusi kuat pada nasi gorengnya. Ia menyumbang aroma dan rasa asin yang khas. Teksturnya juga memberikan perbedaan pada nasi goreng pada umumnya. Ada krenyes-krenyesnya, lalu aromanya meledak di mulut.
"Tante ini enak banget..." pujiku.