Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Asyiknya Ngadem di Kulkas Saat Siang Ramadan

12 Mei 2020   21:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   21:23 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idenya kami ngadem di kulkas dengan masuk ke dalam (ilustrasi dari: Pixabay/Ceozavr)

Asyik, akhirnya kami punya kulkas. Kami kegirangan menyambut kulkas satu pintu itu hadir di rumah. Sudah lama kami memimpikan adanya kulkas di rumah. Sudah terbayang di benak kami makanan dan minuman yang dingin dan segar. Apalagi saat itu masa Ramadan.

Kulkas itu kami beli bertiga secara patungan. Waktu itu aku masih kecil, sekitar kelas tiga SD. Uang angpau dan uang pemberian kami simpan baik-baik. Ketika ibu bertanya apakah ia boleh mempergunakan uang tabungan kami untuk beli kulkas, kami bertiga pun kompak sepakat.

Bagaimana tidak kami memimpikannya, Budhe atau saudari ibu punya kulkas. Isinya penuh es mambo aneka rasa. Ada rasa kacang ijo, rasa sirsak, ketan hitam dan masih banyak lagi. Budhe satu lagi yang di jalan Arjosari isinya juga lebih mantap. Ada aneka es, puding, juga kadang-kadang ada es buah dan permen cokelat.

Kami memimpikan itu. Kulkas yang penuh makanan dan minuman enak. Tapi sayangnya kulkas di rumah melompong. Akhirnya aku menaruh kolak kemudian kue-kue ke dalam kulkas. Ibu menghentikan niatku menaruh kue-kue karena katanya akan membuatnya melempem.

Ini masa Ramadan dan ada kulkas. Aku dan kakakku kemudian asyik bermain kulkas. Kami berpura-pura membuka tutup pintunya dan mencari-cari sesuatu dengan tertawa-tawa. Padahal sejatinya kami berniat ngadem. Mumpung ibu lagi sare alias tidur, kami ngadem dulu di kulkas.

Bagaimana jika kita masuk kulkas? Jika raknya kucopot maka aku bisa masuk dan duduk di situ. Tapi hanya aku, karena aku masih kecil. Kakakku tidak muat. Ia kesal dan membuyarkan niatku. Awas ketahuan ibu, dijewer lho. Aku pun batal masuk kulkas, cukup ngadem dengan memasukkan kepala bergantian dengan kakak.

Idenya kami ngadem di kulkas dengan masuk ke dalam (ilustrasi dari: Pixabay/Ceozavr)
Idenya kami ngadem di kulkas dengan masuk ke dalam (ilustrasi dari: Pixabay/Ceozavr)
Bikin Jus dan Puding, Berharap Nikmat dan Segar
Kakakku kemudian melontarkan ide jenius. Kami akan membuat jus jeruk. Ia menyiapkan jeruk keprok, gula pasir, es batu, air, dan blender. Ia menuangkan es batu, gula, air matang, lalu memasukkan jeruk yang sudah dikupas kulitnya.

Masih ada bijinya, Kak. Tidak apa-apa? Ia mengangguk dan menyalakan blender. Waktu itu kami berdua mengira proses membuat jus jeruk sama seperti membuat jus jambu.

Kami pun menaruh jus ke plastik es dan mengikatnya dengan karet gelang. Lalu memasukkannya ke bagian freezer.

Saat berbuka kami antusias. Kami menunjukkan hasil karya kami ke kakak sulung dan ibu. Dengan penuh gembira aku menggigit es tersebut. Wajahku kontan berubah. Es jeruknya tidak masam atau manis. Ia sungguh pahit. Huuuhu tidak enak sama sekali.

Baru setelah agak lama kami baru tahu kalau bikin jus jeruk itu tidak menggunakan blender, tapi dengan alat pemeras jeruk. Tapi kok namanya jus? Protesku.

Kami belum kapok bereksperimen dengan kulkas. Kali ini kami membuat puding. Puding alpokat.

Daging alpukat kita haluskan lalu dimasukkan ke adonan agar-agar yang sedang dipanaskan dengan santan dan gula. Kami aduk-aduk rata. Setelah agak dingin kami taruh di kulkas.

Penampilan agar-agar itu indah. Hijaunya menarik perhatian. Apalagi cetakannya juga bagus. Kami tak sabar.

Saat berbuka kami pun bersemangat untuk memotong agar-agar tersebut. Lagi-lagi kami terkejut. Puding alpokatnya pahit sekali. Duuuh.

"Kan bijinya sudah dikeluarkan ya, Kak? Aku bingung dan bertanya ke kakakku. Ia diam saja. Ia nampak sedih melihat puding itu dibuang oleh ibu. Baru setelah dewasa aku baru tahu alpokat jangan dijerang di atas api ketika membuat puding alpukat. Tapi nanti dimasukkan ke pudingnya setelah puding diangkat dari api. Oooh begitu toh.

Meski beberapa kali kami gagal membuat sesuatu, kami berdua tak patah semangat. Kami masih suka melakukan eksperimen makanan dan minuman untuk ditaruh di kulkas. Kami juga suka ngadem pada siang hari Ramadan. Enak adem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun