Andy Dufresne tidak bersalah. Ia korban salah tuduhan. Ia merasakan pukulan yang sangat besar dalam hidupnya. Istri yang disayanginya tewas dan ia masuk penjara karena alibinya dianggap tidak kuat. Awal-awal masuk penjara ia merasa frustasi, hingga ia bertemu dengan Ellis Redding alias Red. Pria paruh baya itu berbeda ras dengannya. Ia merasa kasihan dengan Andy dan memeringatkannya akan berbagai ancaman di dalam kompleks penjara.
Andy yang pemurung sejak bersahabat dengan Red merasa lebih baik. Red mengingatkannya untuk berpegang pada harapan, meski Andy merasa tak ada jalan keluar baginya dengan vonis hukuman seumur hidup yang diterimanya.
Mantan akuntan ini kemudian mulai berteman dengan penjaga perpustakaan yang juga seorang napi tahanan. Andy kemudian membantu kepala sipir untuk mengelola keuangannya. Sebagai wujud solidaritasnya ke teman-teman sesama napi ia pun meminta hadiah yang bisa dinikmati bersama-sama dari kepala sipir tersebut.
Kisah Andy dan Red dalam "The Shawshank Redemption" menggambarkan persahabatan beda ras. Hidup dalam serba keterbatasan membuat Andy dan rekan-rekan napi lainnya merasa satu rasa, senasib dan sepenanggungan. Tidak semua napi itu sepenuhnya jahat, tapi juga tidak sedikit yang memang benar-benar kejam.
Pesan humanis dan solidaritas dalam film ini kental. Ada begitu banyak hal berkesan dalam film ini dari akting kedua pemerannya, Tim Robbins dan Morgan Freeman yang oke, skoringnya yang indah dan pas, dan juga jalinan ceritanya yang menyentuh. Harapan adalah sesuatu yang indah dan jangan dibiarkan untuk padam.
"The Shawshank Redemption" hanyalah satu dari sekian banyak film bertemakan solidaritas. Apa sebenarnya solidaritas?
Solidaritas bisa dimaknai sebagai perasaan satu jiwa, senasib sepenanggungan. Solidaritas juga bisa dimaknai rasa setia kawan dan persahabatan tanpa sekat, tanpa membedakan suku, agama, dan sebagainya. Makna solidaritas lainnya adalah dukungan seseorang atau sebuah kelompok ke pihak lainnya karena memiliki perasaan dan pendapat yang sama. Misalnya kita berada dalam kondisi sama-sama sedang dijajah oleh negara lain, sama-sama sedang berjuang untuk lulus, sama-sama perempuan, sesama perantauan, dan sebagainya.
Selain "The Shawshank Redemption", ada sekian banyak film yang kental akan pesan solidaritas. Dari sekian tersebut akan kupilih dua film lainnya yang menurutku begitu berkesan. Yakni, "The Flowers of War" dan "Bumi Manusia".
"The Flowers of War", Solidaritas Kaum Perempuan
Perempuan yang terlibat prostitusi tidak sepenuhnya buruk. Bisa jadi ada alasan lain yang membuat mereka kemudian menyandang profesi seperti itu. Dan mereka juga bisa menjadi penolong sesama perempuan yang berbeda nasib, karena sama-sama takut akan kekejaman Jepang.
Dalam film "The Flowers of War" sekelompok siswi dan kelompok pekerja prostitusi (PSK) di Nanking, China bersembunyi di sebuah gereja karena was-was akan serdadu Jepang. Pada tahun 1937 Jepang telah bergabung dengan perang dunia kedua.
Seorang komandan memerintahkan para siswi untuk bersiap-siap pergi. Menyadari kemungkinan buruk mereka akan menjadi budak nafsu serdadu, para siswi tersebut hendak melakukan bunuh diri. Tapi kemudian para PSK itu bersedia menggantikan mereka. Mereka memotong rambut dan menata penampilannya sehingga mirip para siswi. Sementara para siswi berhasil kabur dengan bantuan perias mayat, nasib para PSK itu tidak ketahuan.
Cerita dalam film yang dibintangi Christian Bale sebagai perias mayat ini bikin sedih. Di sini si perias mayat menyamar sebagai pastor untuk melindungi para perempuan yang bersembunyi karena pastor yang asli sudah meninggal.
Di sini ada wujud solidaritas sebagai sesama perempuan. Karena merasa kasihan dengan masa depan para siswi, para PSK itu mengorbankan diri mereka. Mereka tahu nasib mereka akan buruk, bahkan bisa jadi nyawa mereka terengut.
Cerita dalam filn diangkat dari novel berjudul "13 Flowers of Nanjing" oleh Geling Yan yang terinspirasi dari sebuah diary. Memang kisahnya belum ketahuan apakah nyata atau rekaan, namun pesan solidaritas dalam film ini begitu menggugah.
"Bumi Manusia", Solidaritas Kaum Terjajah
Dalam "Bumi Manusia" sosok Minke digambarkan piawai mengolah kata-kata menjadi tulisan yang bernas. Meskipun ia berasal dari golongan bangsawan, ia memiliki solidaritas terhadap bangsanya, kaum terjajah. Meski ia anak seorang pejabat daerah, di mata kolonial Belanda mereka tak setara. Ia mendukung habis-habisan perjuangan Nyai Ontosoro mendapatkan haknya, mendapatkan hak asuh anaknya dan juga perlakuan yang setara di hadapan hukum.
Digambarkan juga dalam film ini, para pekerja Nyai Ontosoroh kemudian rela kehilangan nyawa mempertahankan tanah dan membela kehormatan atasannya. Mereka merasa senasib sepenanggungan.Â
Meskipun harta yang melimpah dengan pertanian yang subur dan peternakan yang menghasilkan merupakan hasil kerja keras Nyai Ontosoroh dan anak buahnya, semuanya kemudian dianggap milik kolonial Belanda.Â
Nyai dan anak buahnya hanya warga kesekian, yang ibarat manusia tanpa  hak memiliki kekayaan dan memertahankannya. Padahal hak manusia untuk mendapatkan kesetaraan.
Namun pesan dalam film ini tentang humanisme dan solidaritas tersampaikan lewat akting para pemain watak seperti Ine Febriyanti dan Whani Darmawan sebagai Nyai Ontosoroh dan Darsam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI