Kotak kenangan, aku memberi nama boks berisikan beragam benda itu yang kukumpulkan sejak SMA. Seperti julukannya, isi kotak tersebut merupakan serpihan-serpihan kenangan. Rata-rata berupa oleh-oleh dari sahabat atau yang kukumpulkan dari setiap perjalanan.
Ada buah pinus kering, tiket, aneka gantungan kunci, tempelan kulkas, kartu pos, pembatas buku, kalung, surat-surat dan kartu ucapan, juga beragam benda lainnya. Biasanya ada sebuah momen yang memicu aku untuk melihat-lihat dan menata kembali 'harta karunku' tersebut.
Kota kenangan itu kubawa kemana-mana. Ia telah melakukan perjalanan dari Malang menuju Surabaya, di satu-persatu kosan dan rumah kontrakan, hingga rumah permanen saat ini. Ketika aku sempat mencicipi pekerjaan sebagai kuli tinta sebuah media harian, isi kotakku itu cepat membengkak. Ada beberapa 'harta' yang bagiku sangat berharga untuk kusimpan sebagai pengingat sebuah momen.
Koleksiku cepat bertambah seiring perpindahanku ke Jakarta. Di ibukota aku banyak bertemu kawan-kawan baru yang gila jalan-jalan. Ada satu sobatku yang bekerja di biro perjalanan. Alhasil aku sering mendapat info tiket promo dari dirinya. Hampir tiap bulan aku menyisihkan tabungan, siapa tahu tiba-tiba ada tiket promo dadakan.
Kadang-kadang malam-malam saat aku masih di kampus ia menghubungi. "Puspa, ada promo ke Phuket. Ikut, nggak?" Kawan yang duduk di sebelahku langsung bertanya-tanya kenapa aku senyum-senyum begitu di tengah perkuliahan.
Gara-gara berteman dengan banyak traveler maka dulu hampir tiap bulan aku bepergian. Bahkan kadang-kadang dua minggu sekali. Kotak kenangan pun cepat beranak. Aku kemudian membeli dua album untuk menyimpan khusus koleksi kartu posku. Aneka surat, tiket-tiket, dan kartu ucapan juga kutaruh dalam wadah lainnya.
Entah sejak kapan buah tanganku kemudian bervariasi, bukan hanya sekedar benda-benda mungil seperti gantungan kunci dan kartu pos. Tapi juga ada kaus yang khusus buatku - - tidak untuk oleh-oleh, topi, tas, kerajinan tangan, juga kain-kain nusantara. Sayangnya benda-benda ini tidak muat di kotak kenangan.
Kaus dan topi ini sengaja aku dan kawanku beli secara kompakan. Kami semua membeli baju yang sama persis di Ho Chi Minh, lalu kami berpose seperti turis hahaha. Dengan baju 'seragam' ini turis lainnya mengira kami kelompok mahasiswa asing yang sedang melakukan study tour.
Koleksi kain dan kerajinan tangan mulai terkumpul sejak aku dulu sering dinas ke berbagai kantor cabang perusahaan. Biasanya aku juga meliput mitra binaan perusahaan untuk disajikan di majalah internal perusahaan. Mereka biasanya menjual kerajinan khas daerah tersebut. Aku membeli untukku dan untuk saudara juga kawan.
Kini benda-benda kenangan tersebut sebagian besar masih tersimpan dan kurawat. Ketika kubuka kembali kotak kenangan tersebut, berbagai peristiwa masa lalu yang menyenangkan pun mengisi benakku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H