Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film-film Indonesia Tahun 2000 ke Atas yang Memacu Perubahan

2 April 2020   23:56 Diperbarui: 4 April 2020   00:03 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film-film Indonesia yang memberikan perubahan (dokpri)

Tak bisa dipungkiri sebuah film bisa memantik perubahan, baik perubahan sosial maupun gaya hidup. Film "Ghost", misalnya. Ketika film tersebut populer maka banyak perempuan yang ingin tampil keren dengan rambut pendek ala Demi Moore. Telenovela "Cassandra" juga membuat Ibu-ibu tertarik mengenakan kerudung gipsi ala Cassandra. Gaya rambut Keanu Reeves dalam "Speed" juga menjadi salah satu rujukan mode pertengahan tahun 90-an. Bagaimana dengan film Indonesia?

Tak sedikit film Indonesia yang menjadi budaya populer (pop culture) dan memberikan dobrakan. Perubahannya tak hanya ke bidang sosial tapi juga sendi-sendi kehidupan lainnya. Untuk film lawas ada film "Pengkhianatan G30S PKI" yang sukses membuat anak-anak begitu ketakutan dengan segala hal yang berhubungan dengan PKI.

Ada juga film "Kuldesak (1998)" yang menurutku sebenarnya lebih pas sebagai film yang menandai era kebangkitan film Indonesia setelah mati suri bertahun-tahun. Ceritanya segar dan berbeda dengan film-film tahun 90an yang rata-rata menonjolkan kemolekan para pemainnya dengan cerita yang vulgar. "Kuldesak" merupakan film omnimbus tentang pemikiran anak muda. Ada penjaga karcis bioskop, ada anak muda yang menggilai Kurt Cobain, juga ada yang ingin menjadi pembuat film.

Film "Kuldesak" memberikan nafas tentang masa muda dan pemberontakan. Ia sejalan dengan situasi masa itu di mana Indonesia sedang mengalami perubahan era. Ia memberikan suntikan keberanian untuk mendobrak situasi yang kaku dan terlalu mengekang.

Lantas bagaimana dengan film-film tahun 2000 ke atas? Diawali dengan "Petualangan Sherina", ada banyak film yang memberikan warna pada kehidupan. Berikut film-film yang memberikan bumbu dan bahkan menjadi budaya populer masa itu.

"Petualangan Sherina (2000)"
Film musikal yang melambungkan nama Sherina Munaf ini memang fenomenal pada tahun 2000. Ia menjadi ikon pendobrak kelesuan film Indonesia karena film ini tak diduga begitu laris manis. Ia berhasil meraup laba sekitar Rp10 Miliar dan kurang lebih 1,7 juta penonton. Angka yang fantastis masa itu.

Cerita anak-anak ini memiliki premis sederhana yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Berkisah tentang Sherina Melodi (Sherina Munaf) yang enggan berpindah sekolah. Apalagi di sekolah barunya ia memiliki kawan yang tak menyukainya bernama Sadam (Derby Romero). Sebuah peristiwa kemudian membuat keduanya harus kompak.

"Petualangan Sherina" laris manis pada tahun 2000 (sumber gambar: IDN Times)
"Petualangan Sherina" laris manis pada tahun 2000 (sumber gambar: IDN Times)

Cerita ringan. Yang bikin menarik lagu-lagu di dalamnya. Lagunya enak dibawakan oleh Sherina yang merdu atau secara keroyokan. Di antaranya "Jagoan" dan "Lihatlah Lebih Dekat".

Setelah kesuksesan film Sherina yang melambungkan nama Riri Reza, maka sineas film lainnya ikut termotivasi untuk kembali memproduksi film Indonesia. Riri Reza dan Mira Lesmana kemudian juga makin aktif berkiprah di industri perfilman nasional.

Mengikuti keberhasilan "Petulangan Sherina" kemudian dirilis film "Joshua Oh Joshua" dan "Biarkan Bintang Menari". Film-film anak seperti "Naura dan Genk Juara" juga memiliki kemasan agak mirip dengan "Petualangan Sherina".

"Jelangkung (2001)"
Film horor yang disutradarai oleh Rizal Mantovani dan Jose Poernomo ini memberikan nafas baru di jagat horor Indonesia. Ia tak menjual keseksian, fokus dengan urban legend khas Indonesia, sebuah ritual mistis bernama jelangkung dengan tokoh anak-anak muda dan setting modern.

Film dengan tagline populer "Datang tak dijemput, pulang tak diantar" berhasil menarik perhatian 1,3 juta penonton. Ia kemudian memiliki beberapa sekuel. Setelah "Jelangkung"sukses, ada banyak film horor yang menggunakan rumusan urban legend dengan tokoh anak-anak muda yang iseng mengeksplorasi tempat-tempat angker atau mencoba ritual tertentu.

"Jelangkung" memberikan nuansa modern dalam film horor (sumber: suara.com)
"Jelangkung" memberikan nuansa modern dalam film horor (sumber: suara.com)

"Ada Apa dengan Cinta (2002)"
Film "Ada Apa dengan Cinta" langsung menarik perhatian berkat tembang soundtrack yang dibawakan Melly Goeslaw dan Eric. Penonton di berbagai bioskop harus sabar mengantri untuk menyaksikannya.

AADC menandai bangkitnya film drama percintaan remaja dan munculnya geng perempuan,. Ceritanya sendiri juga bisa dibilang klise tentang dua orang yang awalnya saling benci kemudian jatuh hati. Tapi harus diakui tembang-tembang soundtrack AADC luar biasa. Indah, pas dengan tema filmnya, dan masih enak didengar hingga sekarang. Album OST AADC laris manis dan bisa disebut masterpiece hingga saat ini. Sejak itu film-film juga memberikan perhatian ke tembang soundtrack. Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga kemudian banyak tawaran membuat album soundtrack.

AADC juga memberikan pengaruh ke para remaja masa itu. Sebagian terkesima dengan gaya cool Rangga. Nicholas Saputra dan Dian Sastro kemudian menjadi idola. Buku "Aku" karya Sjuman Djaya pun menjadi incaran. AADC menjadi inspirasi film-film percintaan remaja dan film bertemakan masa-masa sekolah.

Banyak remaja yang ingin meniru gaya cool Rangga (sumber: CNN Indonesia)
Banyak remaja yang ingin meniru gaya cool Rangga (sumber: CNN Indonesia)

"Arisan! (2003)"
Tahun-tahun awal kebangkitan film Indonesia bisa dibilang puncak kreativitas sineas perfilman. Filmnya berwarna dan memberikan banyak pengaruh ke tahun-tahun berikutnya. "Arisan!" termasuk di dalamnya dengan menyuguhkan cerita yang tak jauh dengan kehidupan masyarakat modern megapolitan dengan hiruk pikuk permasalahannya. Film ini juga memicu kontroversi dengan adanya adegan ciuman antara pasangan sesama jenis yang diperankan Tora Sudiro dan Surya Saputra.

Film "Arisan" memaparkan kondisi sosialita masa kini (sumber: Fimela)
Film "Arisan" memaparkan kondisi sosialita masa kini (sumber: Fimela)

Temanya berani dan lugas. Ia menyodorkan masalah yang bisa saja terjadi di kalangan para sosialita dan kaum menengah ke atas. Film ini juga berani mendorong isu LGBT ke permukaan yang sebenarnya juga mulai diangkat oleh "Kuldesak". Film ini berhasil memborong 11 nominasi dan 5 piala Citra. Tema film ini kemudian juga memberikan pengaruh ke film-film lainnya.

"Laskar Pelangi (2008)"
Entah kenapa film Indonesia memasuki kembali masa semi kegelapan dengan banyaknya film horor yang kembali mengangkat hal-hal vulgar dengan judul-judul yang membuat eneg. Untunglah masih ada film-film berkualitas pada tahun 2008. Salah satunya "Laskar Pelangi" yang diangkat dari novel terkenal karya Andrea Hirata.

Film yang bercerita tentang sebuah sekolah di daerah pinggiran di Belitung. Mereka di antaranya Ikal, Lintang, Mahar, Harun, Sahara, dan Trapani. Mereka memiliki mimpi masing-masing, tapi sayangnya ada yang tak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasannya.

Film "Laskar Pelangi kaya pesan moral dan edukatif (sumber: Tribunnews)
Film "Laskar Pelangi kaya pesan moral dan edukatif (sumber: Tribunnews)

Ceritanya kaya muatan lokal dan pesan moral. Ia mengangkat hal-hal yang dialami masyarakat daerah Belitung. Daerah Belitung dieksplorasi sehingga film ini bisa disebut sebagai tonggak film yang juga mempromosikan keindahan panorama sebuah daerah. Ia diikuti banyak film yang menjual keindahan sebuah tempat.

"Laskar Pelangi"membuktikan film yang jujur, lugas, dan mengangkat kultur lokal juga diminati. Ia ditonton 4,7 juta penonton dan masuk dalam daftar 15 film Indonesia terlaris sejak tahun 2000.

"Ayat-ayat Cinta (2008)"
Film "Ayat-ayat Cinta" menjadi tonggak film religi romantis. Setelah AAC ada begitu banyak film yang mengekor dengan menjual rumusan yang mirip-mirip.

"Ayat-ayat Cinta" memunculkan film romantis religi (sumber: lifestyle.bisnis.com)
"Ayat-ayat Cinta" memunculkan film romantis religi (sumber: lifestyle.bisnis.com)

Film yang diangkat dari novel terkenal ini sejatinya adalah cerita percintaan segitiga dengan bumbu religi. Sejak itu sebagian kaum muda mengidolakan tokoh Fahri yang diperankan Fedi Nuril yang digambarkan sebagai pria sempurna dan digilai banyak perempuan.

"5 cm (2012)"
Dari segi cerita film ini tak istimewa. Ia mengisahkan sekelompok sahabat yang hendak merayakan persahabatan mereka dengan naik gunung Semeru. Film ini memang indah dari segi sinematografinya. Gambaran keindahan alam selama proses pendakian gunung Semeru benar-benar membius.

Para muda-mudi tertarik daki gunung usai menyaksikan "5Cm" (sumber: Tribunnews)
Para muda-mudi tertarik daki gunung usai menyaksikan "5Cm" (sumber: Tribunnews)

Dari segi cerita ia tak luar biasa. Tapi ia berhasil menginspirasi para muda mudi untuk menjadi pendaki dadakan. Sejak film ini tayang maka gunung menjadi salah satu obyek wisata favorit. Banyak yang mencoba mendaki Semeru tanpa bekal kemampuan yang mumpuni.

"The Raid (2012)"
Kehadiran "The Raid" memberikan warna ke dalam perfilman nasional. Ia kembali membuat gairah film laga hadir. Ia mengenalkan pencak silat dengan cara yang ekstrem yaitu sebuah film dengan koreografi pertarungan yang apik, aksi laga yang intens dan pertarungan yang brutal.

Level genre laga naik kelas dengan film "The Raid" (sumber: Liputan6)
Level genre laga naik kelas dengan film "The Raid" (sumber: Liputan6)

"The Raid" berhasil memberikan tonggak level baru dalam genre laga di Indonesia. Film ini juga menjadi inspirasi film-film genre laga Hollywood. Ia disebut-sebut sebagai film laga yang segar dengan level cukup brutal. Seni bela diri silat kemudian juga ikut terangkat.

Keanu Reeves sendiri mengaku mengagumi "The Raid" sehingga ia mengajak para bintang "The Raid" seperti Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Cecep Arif Rahman untuk tampil dalam film bersamanya, yaitu "Man of Tai Chi" dan "John Wick 3: Parabellum"

"Filosofi Kopi (2015)"
Siapa yang tak suka kopi susu? Setelah film "Filosofi Kopi" dirilis maka ada banyak kedai-kedai kopi bermunculan. Ini sebuah berita bagus bagi industri kopi di Indonesia. Yang tadinya tidak suka kopi maka jadi suka. Kesadaran kopi pun meluas. Ngupi pun jadi gaya hidup.

Setelah nonton film ini banyak yang ingin ngupi (sumber: IMDb)
Setelah nonton film ini banyak yang ingin ngupi (sumber: IMDb)

"Filosofi Kopi" yang diangkat dari kumpulan cerpen Dewi Lestari bercerita tentang duo Ben dan Jody yang begitu antusias dengan kopi. Ketika usaha kopi mereka meredup dan banyak hutang mereka pun tertantang untuk mengikuti tantangan kopi terenak. Film ini berhasil menumbuhkan gaya hidup baru di masyarakat. Ngupi cantik di kedai artistik sambil selfie.

"Marlina sang Pembunuh dalam Empat Babak (2017)"
Sebuah cerita yang kaya muatan lokal, yakni masyarakat Sumba. Tokohnya adalah perempuan yang tabah dan tegar. Ia berani melawan komplotan perampok sendirian hingga ia dikejar-kejar anggota perampok yang selamat.

Marlina adalah mengusung feminisme dan muatan lokal (sumber: CNN Indonesia)
Marlina adalah mengusung feminisme dan muatan lokal (sumber: CNN Indonesia)

Film besutan Mouly Surya ini mendapat apresiasi positif dari pemerhati film mancanegara. Ia berhasil lolos untuk tampil di festival film bergengsi seperti Cannes dan Toronto International Film Festival. Marsha Timothy si pemeran utama berhasil meraih penghargaan aktris terbaik di ajang Sitges.

Meski tak berhasil masuk nominasi Oscar, keberhasilan film ini di berbagai festival mancanegara mendorong para sineas untuk terus aktif memproduksi film-film berkualitas.

"Pengabdi Setan (2017)"

Setelah layar bioskop banyak dihujani oleh film-film horor berkualitas rendah maka film "Pengabdi Setan" remake karya Joko Anwar memberikan nafas baru. Ia memberikan level kualitas baru tentang sebuah film horor yang apik, tak hanya mengandalkan keseraman tapi juga kekuatan cerita.

Pengabdi Setan memberikan standar tersendiri dalam film horor (sumber: geotimes.co.id)
Pengabdi Setan memberikan standar tersendiri dalam film horor (sumber: geotimes.co.id)

Ceritanya menarik dengan plot twist dan ending terbuka. Unsur seperti sinematografi dan skoringnya membuat film horor ini menjadi salah satu film horor terbaik dua dasawarsa terakhir. Setelah "Pengabdi Setan" hampir tiap minggu layar bioskop dihujani film horor. Sayangnya dari segi kualitas belum banyak yang bisa menyamai kualitas film horor ini.

"Dilan 1990 (2018)"
Film drama percintaan remaja memang banyak tapi yang tokoh utamanya memiliki gombalan maut yang kocak baru ada Dilan. Rayuan dan cara berpikirnya tak umum, membuat penonton merasa hanyut dan luluh, tapi ada pula yang merasa eneg

"Dilan (1990) memberikan nuansa baru dalam perfilman nasional. Para remaja juga memiliki idola baru yaitu Iqbaal Ramadhan. Tak sedikit yang menggunakan referensi dialog Dilan untuk merayu pasangannya.

Ada dialog absurd dalam Dilan 1990 (sumber: tabloidnyata)
Ada dialog absurd dalam Dilan 1990 (sumber: tabloidnyata)

Itulah berbagai film Indonesia yang berhasil memberikan pengaruh baik terhadap industri perfilman itu sendiri maupun memengaruhi gaya hidup masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun